25.4 C
Yogyakarta
Jumat, 17 Januari 2025
BerandaCerpenKetika Mereka Berkata

Ketika Mereka Berkata

Sore hari yang menenangkan hati dan berteman dengan senja, begitupun kopi panas yang kuseruput di halaman teras rumah. Pohon rindang yang seakan berkata kepadaku, juga hembusan angin yang menerpa rambutku. Sekolah akan dibuka kembali menyambut para muridnya yang sudah jelas terlihat lesu di hari pertama, begitupun aku. Bertemu kembali dengan teman-teman yang banyak ragam dan rupa sifatnya, ahahahaha itu sangat menyenangkan.

Di hari pertama ini sudah jelas, para guru hanya menyampaikan sepatah dua kata semangat yang itu sudah sering kami dengar sejak 2 tahun lalu, tidak berubah. Karena pada tahun ini kami sudah menduduki tingkatan akhir, Yap kelas 12. Sebetulnya tidak mengapa guru menyampaikan hal seperti itu, tapi ya mohon untuk diganti dengan motivasi menyesuaikan tingkatannya. “Pik, ngelamun mulu, Napa emang?” teman sebangkuku menyeletuk, memecahkan hening ku. “gapapa, Chik,” jawabku singkat.

Chika, dia cewe Ter-absurd menurutku, maksudku ya seperti halnya semisal di suatu moment dia bisa sangar berani, tapi dibaliknya sering sekali dia menyerah apalagi putus asa, dan ya sudah jelas dia akan bercerita kepadaku tentang segala hal keluh kesahnya, karena dia anak organisasi, tidak sama halnya denganku. Sedikit menyesal sebenarnya aku tidak masuk ke sebuah organisasi, tapi ya sudah itu pilihanku, menyesal sedikit saja.

“Pik, mending aku lanjutin organisasi apa fokus buat ngejar PTN ya?” tanyanya.

“Mending disambi aja, Chik. Tapi tetep fokusmu ke ngejar PTNnya sih,” jawabku.

“Bener juga, ahahaha, tumben banget km pik, keren,” ujarnya sambil menepuk keras pundakku.

“Weehh ngeremehin Piki ni anak, jelas lahh keren kan,” gayaku menepuk dadaku sendiri, bangga. “Eh, Cik. Gimana kabarnya organisasimu? Aman kan? Katanya kemarin habis ada konflik internal?”

Chika melirik kearahku,kaget. “Eh, darimana kamu tau, Pik? Perasaan cuman beberapa orang doang yang tau?”

“Taulah, aku kan tau segala hal ahahahaha,” ku jawab dengan tawa.

“Diem aja ya, ya mungkin buat sebagian orang ya masalah ini ga terlalu penting banget sih, cuman itu sakit banget buat aku” Chika memulai ceritanya, merendahkan suaranya. “Memang kuakui ini semua salahku, tapi kenapa yang ku terima adalah sebuah ungkapan yang mengena di aku ya, jadi kemarin tuh aku miskom gitu deh intinya. Otomatis ada beberapa orang yang marah ke aku, apalagi yang cowo tuh, si Giro sama Tio.”

Chika menghela nafas, berhenti sejenak. “ Giro bilang gini, “Cewe apaan bisa sampe miskom gitu, ternyata modal tampang doang dih, najiss!!!” gitu deh, ditambah lagi si Tio bilang gini coba, “Alah, udah keluarin aja, Ngapain dia masuk organisasi gini kalau akhirnya miskom gini, gausah baper kalo dikatain, huh.”. Chika menunduk lesu menceritakan itu semua.

Dan tanpa bisa ku tebak ternyata dia menangis dan langsung memelukku erat-erat “Pik!! Seberat ini ya jadi anggota organisasi, sehina itukah diriku cuman gara-gara sebuah MISS KOMUNIKASIIII!!!!”. Pecah sudah tangisannya yang ditahan-tahan, basah sudah seragam yang kupakai. ”Hei, Chik, udah-udah tenangin diri dulu, dah yuk ke kantin aja, kujajanin deh”

Kupapah Chika disambi dengan sesenggukan tangisannya yang pecah menuju kantin untuk menenangkan dia. Batinku sudah menguasai, sesaat setelah Chika menangis, Empati-ku mulai mengganas di dalam tubuhku seakan-akan mereka yang mengejek dan menindas Chika adalah musuh terbesar dan akan ku lawan sejadi-jadinya hingga mereka bersujud dibawah kaki Chika.

*****

Kuhiraukan orang-orang yang menanyakan disepanjang jalan, mereka tidak perlu tau, seperti janji Chika kepadaku tadi, tidak ada satupun orang yang boleh tau tentang hal ini kecuali aku. Kurangkul Chika masuk kedalam kantin dan kupersilahkan dia memilih jajan yang ia suka. Seperti pada umumnya, Chika menolak untuk memilih dan itu tandanya aku saja yang memilihkannya untuknya, kuambil 2 Nasi Bakar isi ayam suir pedas ditambah dengan 2 Bakwan hangat bikinan Bu Pitu dan tak lupa dengan 2 Es Jeruk kesukaan Chika sejak aku mengenalnya. “ Chik? Udah mendingan kan? Tenangin dulu ya,” kataku.

“Gatau kenapa Pik itu sakit banget, dan itu terulang lagi” jawabnya sambil menyeka ingus yang keluar. “ Hah!!! Ini bukan yang pertama jadinya???”“I-iya, dulu pas waktu aku baru masuk sekolah ini, aku sama sekali ga ada temen, satupun, dan dititik itu aku bener-bener diusili, dimaki, diteriak-teriakin sampe aku meminta mamaku buat ngizinin aku biar aku ga berangkat sekolah karena aku udah ga tahan lagi sama makian mereka, dan kamu liat??? Sekarang hal serupa terulang lagi Pikkk, aku gatau harus gimana” Cerita chika dramatis.

“Sumpah Chik???” tanyaku. “ Iya Pikk masa kau boongan, hih”

“Ya udah relax dulu ,sante-sante, ada aku kok,” ucapku menenangkan.

Chika menyeka air matanya “Iya Pik udah gapapa, makasih ya”

“Nih langsung makan aja gapapa, tuh ada es jeruk kesukaanmu,” ku sodorkan Nasi Bakar dan Es jeruk yang tadi aku beli.

Dan tanpa basa-basi, Chika lahap menghabiskan jajanan yang aku beli tadi tanpa tersisa sedikitpun. Ya, sudah semestinya bahwa orang setelah menangis pastinya akan lapar, itu pasti.

“Chik, Giro Sama Tio kelasnya bagian mana, cepet,” tanyaku singkat.

“lantai 2 paling pojok, kenapa emang,” jawabnya.

BRAKKKKGHHH

Kursi yang kutempati jatuh seketika, membuat mata tertuju ke arah sumber suara. “Heh Pik, kamu mau kemana!!” teriak Chika.

“Beresin semuanya,” ucapku singkat. Aku berjalan cepat menuju kelas 12 IPS 3, kelas Giro dan Tio. Kuabaikan teriakan Chika yang masih menyebut-nyebut namaku. Tak perlu waktu lama aku sampai didepan kelas mereka.

DUAGHHHGHHH

Pintu kelas terbanting kencang karena tendangan ku, dan ya otomatis seisi kelas kaget mendengar hal tersebut, namun itu semua tak kuhiraukan. Ku tatap seisi kelas mulai dari ujung kanan hingga ujung kiri mencari orang yang bernama Giro dan Tio. Benar saja, mereka sedang mengobrol di belakang dan tanpa basa-basi, aku langsung menuju ke bagian belakang dan menarik kerah Giro dan mengangkatnya. “HEH KAMU NGAPAIN CHIKA, HAH!!! SAMPE BIKIN DIA NANGIS KEK GITU!!!”

Giro membalas mencengkram kerahku “NAPA??? Ga Senang???”

Emosiku memuncak, kudorong dia dan terjatuh. Tangan kananku sudah menggenggam sangat kuat dan siap meninju muka Giro kapanpun yang kumau.

TAP

Baru saja tanganku melesat, tangan Chika menangkap tanganku “UDAH PIK AYO BALIK AJA, Plisss”

“SINI LAWAN AKU, BERANI GA? HAH!!!!” Teriak Giro yang ditenangkan Tio.

“Awas aja kamu, minta maaf apa kusikat nanti” Kataku sambil menjulurkan jari tengahku pada Giro dan berjalan bersama Chika keluar kelas. Hening seketika, Tio menatap sejenak punggung kami berdua.

*****

“Kamu tuh ngapain sih!! Udahlah aku juga ga minta kamu berantem kan sama Giro, cukup Pik.” Sela Chika. “Biarin, kenapa emang? Sesekali Orang kayak gitu tuh harus dibales tau ga? Kalo di biarin kayak gitu terus kapan sadarnya tuh orang, huh”

Kubuka permen kaki yang kuambil dari meja belajar adikku, dengan muka kesal. Chika hanya bisa diam karena masalah tadi. Dengan kejadian yang tadi terjadi, membuat seisi kelas Giro menatap takut ke arahku, entah kenapa aku pun tidak terlalu memperdulikan mereka, yang ku incar hanyalah Giro dan Tio, ah si Tio belum menerima yang setimpal pula. Mungkin Nanti, akan ku buat dia seperti Giro.“

CHIKKKKKKK!!!!” teriak seseorang dari lantai 2 bagian tangga.

Dan yap siapa yang datang? Ternyata itu si Tio. “MAU NGAPAIN KAMU, HAH???!!!”

“Sante dulu heh, aku gak mau nyari masalah lagi, aku disini mau minta maaf sama kamu Chik, ini juga bukan cuman aku, tapi juga Giro” jelasnya sedikit ketakutan setelah ku teriaki.

“Eh, I-iya udah aku maafin kok, santai aja, gapapa,” Chika membalas. “Makasih Chik, maaf ya kalo ucapanku bikin kamu sakit hati, aku pas itu juga lagi ga kekontrol emosiku, apa aja aku nyerocos aja, kebetulan kamu diposisi yang salah, maafin ya”

“Iya udah gapapa, aku juga yang salah kok, udah ku maafin juga, hehe,” timpal Chika.

Permenku habis dan tersisa gagangnya yang masih ku emut “Nah gitu loh, lain kali gausah kebawa emosi, tenangin dulu suasananya, ambil jalan tengahnya, jangan cuman ngepojokin satu orang, apalagi sampe maki dia, dan itu juga yang kamu maki cewe”

“I-iya Pik, Sorry ya” Tio menjulurkan tangannya. Ku Balas salaman tersebut dan aku rangkul Tio. “Udah ayo kantin lagi, Gassssss”

”Akhirnya kami bertiga menuju ke kantin dan kali ini bagian Tio yang mentraktir kami berdua sebagai sebuah permintaan maafnya dan Giro kepada Chika. Kali ini Bakso Pak Ujang yang menjadi menu teman obrolan kami di kursi kantin. Semoga kali ini tidak ada lagi yang seperti ini, kasian Chika, Trauma membuatnya mengulang memorinya yang itu bukanlah hal yang bisa dibuat suatu candaan. Untuk saat ini aku tidak pikir panjang jikalau Chika sudah menangis tentang suatu permasalahannya, akan ku kejar orang itu, jangan sampai dia mengucapkan kembali “Aku tak ingin terluka lagi”, Ucapku dalam hati

Biodata Nama: Rifa’i Hilmy Arrasyid ; Nama Pena: Acid ; Asal: Kebumen, Jawa Tengah ; Asal Sekolah: Madrasah Aliyah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ; Email: [email protected]: 16 Tahun

Oleh: Rifa'i Hilmy Arrasyid.
Editor: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

106FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -