27.3 C
Yogyakarta
Senin, 17 Maret 2025
BerandaArtikelMengenal Sosok Jaka Garong

Mengenal Sosok Jaka Garong

Lembaga Pers Mu’allimin, Sleman — Setibanya saya di desa Garongan, hal pertama yang saya lihat adalah patung seseorang yang dijuluki Jaka Garong. Tangan kanannya mengacungkan keris, tangan kirinya menenteng ikan dan kaki kanannya menginjak sebuah peti. Dari pakaiannya terlihat Jaka Garong adalah orang yang memiliki ‘ilmu’.

Rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi. Terlihat pengawas kawasan bumi perkemahan standby di samping MaKo (Markas Komando). Inisiatif saya datangi mas-mas tersebut. Setelah melakukan beberapa basa-basi. Saya tanyakan langsung tentang sosok Jaka Garong. “Kalau boleh tahu Jaka Garong itu siapa ya mas?”
“Wah kalau itu kurang tahu saya sebenarnya,” jawab mas Herda.

“Tapi saya tahu sedikit,” potong mas Herda.

Letusan Merapi

Dahulu sekitar tahun 1872 Merapi meletus hebat hingga menyebabkan kerajaan-kerajaan di Jawa tenggelam. letusan yang begitu dahsyat hingga membentuk kawah oval dengan ukuran 640 x 480 meter dan kedalaman 500 meter.

Letusan tersebut juga berdampak mengubah bentuk penampang bumi. Mengubah jalur perdagangan, wilayah kekuasaan, bahkan persebaran satwa endemik. Letusan yang berpengaruh hebat. Letusan Gunung Merapi tak lepas dari kisah Jaka Garong.

Kedatangan Garongan

Sekitar tahun 1872 sekelompok preman terpaksa harus singgah ke sebuah desa. Kerusakan bekas letusan Merapi menghalangi jalan mereka, disebelah selatan juga terdapat kerajaan yang telah berkuasa, jika mereka lewat tentu akan menjadi buronan tingkat satu. Lagi pula tempat yang mereka tinggali cukup strategis. Sumber mata air dan sumber daya alamnya melimpah.

Letaknya yang strategis membuat para garong menetap. Pekerjaan mereka sehari-hari membuat onar. Seringkali mencuri, bahkan melukai penduduk. Garongan resmi menjadi ancaman warga.

Musuh Keraton

“Cerita ini valid nggak mas?” Tanya saya. “Cerita ini dari keraton sih mas
“Dulu keraton pernah menyerang garongan. Mungkin karena mereka lebih paham medan jadi keraton kalah,” ucap mas Herda.

Kekuatan garongan tak bisa diragukan. Pasukan keraton saja dengan mudahnya diatasi. Tak ada yang berani mengusik kediaman para garong.

Jika pendekatan melalui perang tidak bisa, maka pendekatan melalui diplomasi dapat diuji coba. Keraton memerlukan seseorang yang pandai diplomasi. “Nah Jaka Garong ini dulu dikirim keraton. Dia seorang kiai/ulama,” ujar mas Herda.

Jaka Garong masuk menyebarkan Islam dan kebaikan di kawasan Garongan. Jalur diplomasi yang ia tempuh adalah dakwah. Masyarakat dan para garong menerima dan tertarik pada Islam. Tak butuh waktu lama desa tersebut menjadi damai kembali. Hingga kini nama itu menjadi julukan untuk desa yang terdapat di Kec. Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Berganti Nama

“Sempet mau berubah nama sebenernya mas. Nama garongan terlalu memberi kesan buruk. Tapi ngga boleh sama keraton,” ungkap mas Herda.

Desa Garongan sempat akan berubah nama menjadi Kembangan. Lebih indah sesuai dengan harapan masyarakat ingin menjadikan desa ini layaknya kembang.

“Cerita itu tidak dapat dipastikan keasliannya. Dapatnya dari keraton”

Bukan Nama Orang?

“Kalau dulu sebenernya mau dinamain Dewi Garong, tapi kok nggak cocok. Akhirnya dinamain Jaka Garong”. Sumber yang ini sepertinya lebih masuk akal.
“Jaka ini kepanjangan nya Jelajah Alam Kampung Garongan”. Mas Herda lebih percaya bahwa nama tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan sosok kiai yang digadang menjadi pahlawan di tempat itu. “Patung itu diprakarsai oleh dinas pariwisata”

Fakta yang kami para peserta kemah baru ketahui. Menjelang sholat Maghrib saya lantas berpamitan dengan mas Herda untuk melanjutkan aktivitas yang lain.

Oleh: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.
Editor: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.
Fotografer: M. Fawwaz Zaydan Hammam.
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -