Lembaga Pers Mu’allimin, Australia — Di saat masyarakat Indonesia tengah ramai dengan #Kaburajadulu, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sudah sejak lama memfasilitasi siswa-siswanya berkelana ke berbagai negara. Salah satunya direalisasikan melalui kegiatan Mubaligh Hijrah Internasional. Ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan setiap bulan Ramadan. Tahun ini kegiatan Mubaligh Hijrah Internasional diselenggarakan di 8 negara, yakni Amerika, Australia, Jepang, Hongkong, Taiwan, Timor Leste, Malaysia, dan Thailand. Kegiatan ini diselenggarakan agar para siswa dapat merasakan bagaimana berdinamika dan berdakwah di negeri orang selama Bulan Ramadhan.
Tahun ini saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Mubaligh Hijrah Internasional dengan tujuan negara Australia. Sebenarnya tahun lalu saya juga mengikuti kegiatan ini dengan tujuan negara yang sama dengan tahun ini, tetapi takdir berkata lain ketika visa saya dan teman saya tidak disetujui. Alhamdulillah tahun ini saya diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menikmati panas dinginnya udara Australia, dibersamai Akbar Ash Shidqi kader tingkat 6 dan ustad Solikhin selaku pendamping utusan Madrasah yang mendampingi kami selama dua minggu. Selama kegiatan ini saya berkesempatan mengunjungi 4 kota, yakni Melbourne, Canberra, Sydney, dan Brisbane. Kota Melbourne dan Sydney adalah kota yang saya kujungi dengan waktu sangat singkat karena rangkaian kegiatan dakwah saya bertempat di Canberra dan Brisbane.
Melbourne Transit
Melbourne merupakan Ibu Kota Victoria. Kota ini menjadi kota yang paling luas dan padat penduduk kedua setelah Kota Sydney. Sesampainya kami di negeri kangguru, lebih tepatnya mendarat di Kota Melbourne. Pak Hamim Jufri selaku Ketua PCIM Australia mengantar kami bertiga dari bandara menuju rumah Pak Wahyu. Rumah Pak Wahyu ini terletak di samping Muhammadiyah Australia College. Kami singgah hanya semalam karena keesokan harinya saya bersama ustad Solikhin akan berangkat menuju Canberra dan Akbar berpindah menuju rumah Brother Khan. Sebelum berangkat ke lokasi masing-masing kami menyempatkan waktu untuk mampir Muhammadiyah Austraia College. Selama minggu pertama di Australia, Akbar bertugas di Masjid milik IMCV (Indonesian Muslim Community of Victoria) yang bernama Surau Kita.
Sepulangnya saya dan ustad Solikhin dari Sydney, kami kembali ke Kota Melbourne. Kali ini saya hanya singgah di Melbourne selama tiga hari dua malam, karena tepat hari ketiga di Melbourne saya dan Akbar berhijrah ke Kota Brisbane. Hari kedua di Melbourne, kami diberi sebuah kartu yang bisa digunakan untuk merasakan transportasi umum di Melbourne. Selain itu kami juga diberi amanah untuk menghadiri acara pemecahan rekor dunia oleh Jefri Setiawan dalam bermain piano selama satu jam penuh dengan mata tertutup di Kantor KJRI Melbourne. Kami berangkat menuju Melbourne City menggunakan trem. Pagi hari sebelum acara di KJRI itu dimulai kami berhenti sejenak di University of Melbourne untuk mengambil beberapa foto dan video. Sembari jalan menuju Kantor KJRI, kami mampir ke toko oleh-oleh dan souvenir. Sesampainya di Kantor KJRI kami duduk menyaksikan penampilan yang spektakuler dari seorang Jefri Setiawan. Saat kembali ke rumah Pak Wahyu kami meggunakan kereta dan dilanjut dengan mobil. Sebelum bergerak menuju Brisbane kami berkesempatan mengunjungi Muhammadiyah Australia College (MAC) untuk berjumpa dengan Ibu Roszana Ramli selaku Principal MAC dan Melihat suasana pembelajaran di sana
Cerita Canberra
Canberra merupakan Ibu Kota Negara Australia sejak tahun 1908 sebagai hasil kompromi atas persaingan antara Kota Sydney dan Melbourne. Canberra adalah kota pusat pemerintahan, jadi tidak heran jika kota ini tidak sepadat Kota Melbourne atau Sydney yang biasa dijadikan destinasi wisata. Canberra dihuni oleh pegawai pemerintahan dan mahasiswa yang tengah menjalani pendidikan di sini. Kota ini justru lebih cocok untuk menikmati usia tua karena suasana kota yang tenang dan asri. Sangat mudah untuk menemukan Kangguru di daerah seperti Kota Canberra ini.
Saya diberi amanah untuk ikut serta dalam acara buka bersama KBRI Canberra dan buka bersama PRIM Canberra. Acara buka bersama KBRI Canberra diselenggarakan di Kantor KBRI Canberra yang terletak tak jauh dari tempat tinggal kami. Diberi kesempatan untuk menyampaikan ceramah sebelum berbuka dan menjadi imam maghrib hingga tarawih di Kantor KBRI Canberra adalah hal yang tidak bisa saya sia-siakan.
“Fawwaz besok lanjut kuliah di sini aja, biar nanti kita punya imam tetap,” ujar Mas Nur Muhammad selaku mahasiswa Ph.D di Canberra.
Dua hari setelahnya kami megikuti acara buka bersama PRIM Canberra di Senior Center yang terletak dekat dengan Australia National University. Di sana saya juga mendapat tugas yang sama seperti di KBRI.
Waktu senggang yang kami miliki pada saat di Canberra kami manfaatkan untuk berburu kangguru dan berkelana mengelilingi kota Canberra. Kami tinggal di Wisma Adtikbud, wisma ini dulu sempat digunakan untuk acara Baitul Arqam pada akhir tahun 2024. Daerah sekitar wisma ini masih asri dan sangat mudah menemukan kangguru di daerah ini. Saat matahari mulai menunjukan sinarnya kami pergi di sekitar wisma untuk mencari kangguru. Di hari yang lain kami diajak oleh mas Asrul Siddiq selaku Ketua PRIM Canberra untuk berkeliling Kota Canberra. Kami diantar menuju Parliament House, Museum Sejarah Perang, dan Mount Ainsile.
Safari di Sydney
Setelah serangkaian kegiatan di Canberra tuntas, kami melanjutkan perjalanan menuju Sydney menggunakan bus. Perjalanan dari Canberra menuju Sydney memakan waktu sekitar 4 jam. Sesampainya di Sydney kami berjalan menuju tempat penginapan yang sudah ditentukan oleh PRIM Canberra. Istirahat sejenak di kamar setelah melakukan perjalanan cukup panjang kami lakukan untuk sedikit memulihkan energi kami.
Lokasi penginapan kami tak jauh dari Opera House, setelah sejenak beristiahat kami berjalan menuju Opera House. Seperti biasa kami mengambil beberapa foto dan video hingga datang Pak Iwan menjeput kami. Bersamanya kami diantar berkeliling Kota Sydney. Mulai dari University of Sydney hingga beberapa masjid besar di Sydney. Kami berbuka di rumah Pak Iwan beserta keluarganya. Malamnya kami mendirikan sholat isya dan tarawih di Masjid Al-Bayt Al-Islami.
“Belajarlah ilmu agama yang lebih tekun, supaya besok menjadi ulama yang benar-benar berkompeten,” pesan Pak Iwan kepada saya sebelum kembali ke penginapan.
Brisbane Berwarna
Brisbane adalah kota yang terkenal karena memiliki banyak pantai yang indah. Kota ini menjadi lokasi berlibur favorit setelah Sydney dan Melbourne. Namun, sejak awal bulan Ramadan tahun ini, Brisbane dilanda bencana yang cukup parah. Cylone Alfred memberi dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat Brisbane kala itu, di mana transportasi umum CityCat berhenti beroperasi karena berisiko membahayakan bahkan kala itu masyarakat Brisbane tidak diperbolehkan berkegiatan di luar. Pertengahan Bulan Ramadhan situasi di Brisbane kembali pulih.
Saya dan Akbar tiba di Brisbane pada tanggal 13 Maret. Dari bandara kami dijemput Mas Fikri dan Mas Zhafran untuk diantar menuju rumah keluarga Mas Iqbal. Mas Iqbal merupakan tuan rumah kami selama di Brisbane. Ia sebagai Sekretaris PRIM Brisbane tengah melanjutkan studi S3 di University of Queensland. Di Rumah itu kami tinggal bersama istri dan dua anak mas Iqbal. Kami membantu Mba Badra istri Mas Iqbal menyiapkan hidangan untuk berbuka dan sahur, mencuci peralatan makan, imam salat, sekaligus menjadi teman bermain yang asyik untuk anak-anak Mas Iqbal.
IISB, Indonesian Islamic Society of Brisbane merupakan sebuah komunitas muslim Indonesia di Kota Brisbane yang diisi oleh pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat Indonesia yang sudah menjadi Permanent Residence di Brisbane. Bulan Ramadhan tahun ini IISB memiliki sebuah acara besar yang bernama “Serambi”. Dalam acara Serambi ada beberapa macam acara, yaitu Picnic x Tarhib Ramadhan, Buka bersama x Tarawih keliling, Grand Ifthar, Pesantren kilat, dan Islamic Parenting. Kami ikut andil dalam acara Buka bersama x Tarawih Keliling dan Pesantren Kilat.
Buka Bersama x Tarawih Keliling ini diadakan di rumah-rumah mahasiswa atau permanent residence yang bersedia untuk menjadi tuan rumah. Tak seperti bukber di Indonesia pada umumnya, bukber ini sangat terstruktur dan yang terpenting tidak meninggalkan sholat demi bukber. Mas Mantasa biasa menghubungi kami terkait kegiatan ini, tentang lokasi, tugas, dan berangkat bersama siapa. Kegiatan ini diawali dengan pembacaan kalam ilahi yang dilanjutkan dengan ceramah singkat sebelum berbuka, setelah berbuka kita melaksanakan sholat maghrib berjamaah, setelah itu menyantap hidangan utama. Acara ini selesai setelah tuntas melaksanakan sholat isya dan tarawih. Saya berkesempatan untuk menjadi pembaca kalam ilahi, penyampai kultum sebelum berbuka, adzan, dan imam sholat dalam acara bukber x tarling tahun ini. Ada tiga lokasi yang menurut saya sangat berkesan, yakni Sunshine Coast, Caboolture, dan Gold Coast karena sejak perjalanan menuju lokasi hingga acara selesai saya dibersamai dengan orang-orang yang sangat mengasyikan.
Pesantren Kilat ini diselenggarakan bagi teman-teman usia 5-18 tahun. Untuk usia 5-13 tahun (Kids) berkegiatan di UQ Multifaith Room 102 mulai pukul 11.30 hingga 15.45 AEST. Sedangkan untuk usia 14-18 tahun (Teens) berkegiatan di UQ Michie Building Room 211 sejak pukul 12.30 hingga 16.00 AEST. Kami diberi amanah untuk mengisi materi dan membersamai teman-teman Pesantren Kilat Teens. Kegiatan ini mengangkat sebuah tema “Problematika Gen Z Berjuang di Era Serba Bebas”. Para peserta Pesantren Kilat Teens sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan ini.
Pada beberapa kesempatan kami diajak berkeliling Kota Brisbane dan University Of Queensland. Mas Mantasa dan Mas Iqbal Sitompul adalah mahasiswa UQ yang pertama kali mengajak kami mengelilingi kota ini. Kami mengunjungi UQ kemudian menikmati Brisbane River dengan menaiki CityCat menuju Southbank. Di lain waktu saya bersama Mas Amran sepupu ibu saya, pergi ke Lone Pine Koala Sanctuary. Bahkan keluarga Mas Iqbal pernah membawa kami untuk berbuka di Captain Burke Park.
Ini adalah salah satu pegalaman saya yang paling berharga di tahun 2025 yang mungkin tidak bisa saya dapatkan di tahun berikutnya. Setiap orang punya ceritanya masing-masing, jadi syukuri cerita-cerita yang kita Jalani.
Oleh: M. Fawwaz Zaydan Hammam
Editor: Khalish Zeinadin