Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Peristiwa Gerakan 30 September PKI (Partai Komunis Indonesia) merupakan salah satu sejarah Indonesia yang tidak dapat kita lupakan. Merupakan salah satu sejarah yang harus kita pahami agar tidak terulang kedepannya.
Peristiwa kelam ini menjadi salah satu peristiwa yang sempat menggemparkan Indonesia pada masa bakti Soekarno dan Moh. Hatta ketika menjadi presiden. Biang kerok dari peristiwa kelam ini adalah Partai Komunis Indonesia, biasanya kita kenal dengan singkatan “PKI.” Partai ini diketuai oleh Dipa Nusantara Aidit. Partai ini merupakan salah satu partai berideologikan komunis dan menjadi partai terbesar dalam Pemilu Indonesia pada masanya.
Peristiwa ini terjadi pada malam pergantian 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965 dini hari. Walau peristiwa ini hanya terjadi pada satu malam, peristiwa ini telah menggugurkan beberapa korban yaitu sebanyak enam jenderal, satu perwira TNI AD dan beberapa korban lainnya, Dilansir dari Wikipedia, Korban yang terlibat dalam peristiwa ini antara lain: Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (43 tahun), Mayor Jenderal TNI Raden Soeprapto (45 tahun), Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono (41 tahun), Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman (47 tahun), Brigadir Jenderal TNI Donald Isaac Panjaitan (40 tahun), Brigadir Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo (43 tahun), Letnan Satu Pierre Andreas Tendean (26 tahun), dan korban-korban lainnya. Seluruh korban-korban penyiksaan peristiwa ini dimasukkan ke dalam lubang hina yaitu Lubang Buaya.
Bak kata pepatah, ”sepintar-pintar orang menyimpan bangkai, maka pada akhirnya akan ketahuan juga,” pada akhirnya mayat-mayat mereka yang disiksa oleh PKI ditemukan di bawah pohon pisang di sekitar tempat pangkal mereka. Tujuan dibuatnya rencana peristiwa biadab ini adalah untuk menggeser kedudukan Soekarno dan Moh. Hatta dalam pemerintahan, ingin mengganti ideologi Indonesia yang awalnya Pancasila menjadi Ideologi komunis dan ingin meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan hingga sekarang mereka yang dibunuh secara hina pada peristiwa ini diberi gelar untuk mengenang jasa-jasa mereka yaitu “Pahlawan Revolusi.”
Sebuah video meme yang terkenal di kalangan anak muda mengenai orang yang menyinggung PKI
Sekitar dua tahun lalu, sebuah video beredar di seluruh media sosial dan menjadi salah satu video meme yang banyak kalangan muda cukup diketahui, yaitu video yang berisi mengenai seorang bapak yang mengomentari mengenai orang-orang yang memberikan pernyataan bahwa komunis di negara lain tidak begitu eksis dan menganggap di negara Indonesia begitu juga. Lalu bapak tersebut menanggapi pernyataan tersebut bahwa kita tidak bisa menyepelekan begitu saja mengenai komunis di beberapa negara yang tidak begitu eksis. Karena menurut bapak tersebut komunis akan terus menjadi pengkhianat kedepannya. “Darah keturunan PKI akan mengalir kepada anak cucunya, dan mereka akan tetap menjadi pengkhianat!!,” ucap bapak di video tersebut. Dan meme ini masih sering ditayangkan ketika menjelang mengenang peristiwa kelam G30S PKI.
Mungkin banyak anak-anak muda seperti kita menjadikan ini sebagai meme yang cukup unik, tetapi apa yang diucapkan oleh bapak tersebut ada benarnya juga. Mereka yang memiliki hubungan darah bisa saja memengaruhi orang-orang yang labil dan mereka kembali mengkhianati NKRI.
Pandangan Anak Muda Seharusnya terhadap Peristiwa Ini
Generasi muda seperti kita tidak boleh menganggap remeh atas peristiwa Berdarah ini. Kita juga harus memahami pemahaman komunisme ini agar tidak salah paham kedepannya. Sebagaimana yang dikutip dari Republika Online, M. Nasir Djamil selaku anggota DPR RI dari Dapil Aceh menyampaikan pendapatnya bahwa dia ingin menghadapkan tulisannya ke anak muda. “Saya ingin menghadapkan tulisan ini kepada generasi milenial. Angkatan yang saat ini memiliki jumlah mayoritas. Bahkan jumlah mereka akan makin bertambah saat Indonesia menghadapi bonus demografi di tahun 2030 mendatang. Membekali generasi milenial dengan aspek sejarah tentu sangat dibutuhkan. Sebab itu menyangkut dengan kesadaran dan persiapan mereka memasuki era disrupsi. Jujur kita akui bahwa selama ini upaya membekali angkatan milenial dengan nilai-nilai sejarah masih belum masif dan sistematis,” ungkap M. Nasir Djamil pada tulisannya.
Harapannya, generasi muda bangsa Indonesia dapat menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran agar tidak terulang di masa yang akan datang. Semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan makhluk-makhluk ciptaannya.
Sekian dari saya, terima kasih.
Oleh: Juanda Pranata Ritonga
Editor: Khalish Zeinadin
c5wief