23.1 C
Yogyakarta
Minggu, 5 Mei 2024
BerandaArtikelPentingkah Sirah Nabawiyah Itu?

Pentingkah Sirah Nabawiyah Itu?

Sirah nabawiyah merupakan sesuatu yang tidak asing di telinga kita. Mungkin kita sering menjumpai banyaknya kajian sirah nabawiyah di masjid-masjid. Dan di zaman sekarang ini, kita dengan mudah menjumpai berbagai informasi melalui Internet, sehingga dengan adanya teknologi seperti saat ini kita bisa mengakses apa saja. Akan tetapi seberapa pentingnya sirah nabawiyah itu? Sebelum kita membahas seberapa pentingnya sirah itu, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu “Sirah Nabawiyah”.

Secara bahasa, sirah (سيرة) berasal dari kata sara (سار) yang artinya jalan. Sebagaimana mahfuzhat:

مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ

“Siapa berjalan pada jalurnya akan sampai pada tujuannya.”

Sehingga sirah berarti perjalanan, yakni perjalanan hidup. Sirah secara bahasa juga berarti tingkah laku (السلوك), cerita/kisah (التاريخ), jalan atau cara (الطارق), dan biografi (سراة رجول).

Sedangkan menurut istilah, sirah nabawiyah berarti “kumpulan hal-hal yang sampai kepada kita berupa; peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian dalam kehidupan Nabi ﷺ, budi pekerti Nabi ﷺ, sifat fisik Nabi ﷺ serta hal–hal yang berkaitan dengan peperangan dan ekspedisi Nabi ﷺ.” (Pengenalan Terhadap Islam, Pusat Pengenalan Islam Qatar)

Para salafus shalih memiliki ihtimam (perhatian) terhadap sirah nabawiyah, diantaranya adalah Ali bin al-Hussein atau yang dikenal dengan Zaynal Abidin yang merupakan cucu dari Khalifah Ali Radhiyallahu’anhu. Beliau pernah berkata, “Kami dahulu diajari tentang sejarah peperangan Nabi baik yang Nabi ikut serta maupun tidak sebagaimana kami diajari surat-surat di dalam Qur’an.” (Al-Jaami’ lil Akhlaaq Ar-Raawi wa Aadaab as-Saami’ 2/195)

Begitu juga Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma memiliki waktu khusus untuk mengajarkan sirah Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Ubaidillah bin Utbah ketika menyifati majelis Ibnu Abbas, beliau mengatakan, “Kami menghadiri majelis Ibnu Abbas pada suatu sore dan seluruh waktu beliau habiskan untuk mengajarkan tentang Sirah Nabi (peperangan Nabi).” (Maghazi Rasulilllah li urwah bin Az-Zubair hal. 23)

Jika kita melihat begitu besarnya perhatian para salaf terhadap sirah Nabi, sehingga tidak bisa kita pungkiri lagi bahwasanya sirah nabawiyah begitu penting. Bahkan menurut Ibnu Jauzi memperhatikan sejarah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ilmu yang paling bermanfaat. Begitu pula sirah Nabi juga berpengaruh terhadap fikih, diantaranya adalah fikih peperangan. Menurut Al-Khatib al Baghdadi, “Banyak hukum yang berkaitan dengan peperangan Nabi, wajib untuk mecatat peperangan tersebut dan menjaganya”.

Dengan mempelajari sirah Nabi ini, kita bisa lebih semangat dalam mengamalkan sunnah Nabi. Sebagaimana dalam Kitab Syama’il Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi, kita bisa lebih mengetahui bagaimana cara Nabi berpakaian, cara makan dan minum Nabi, dll.

Dan bila kita melihat kondisi negeri ini, mempelajari sirah begitu penting. Kita bisa mengetahui bagaimana Nabi dulu membangun sebuah pemerintahan dan membangun ekonomi saat itu. Akan tetapi bilamana kita hanya mengagungkan kejayaan, tanpa berusaha membangkitkan kejayaan itu, sama saja kita seperti masuk dalam romantisme sejarah.

Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya akan mengambil beberapa faedah dari kajian Ustadz Budi Ashari yang bertempat di Villa Ar-Rayyan, Trawas 2014 lalu. Beliau mengkritik bagaimana bangsa ini tidak memperhatikan sejarah dan di negeri kita tidak ada kurikulum sirah nabawiyah. Sedangkan sejarah dalam kurikulum kita hanyalah runtutan peristiwa sejarah yang hanya di hafal saja. Padahal pendidikan untuk membangun generasi dalam Islam yaitu Al Qur’an, sepertiganya adalah kisah.

Dan bilamana kita menengok Mauritania atau yang sering disebut Syinqith, anak-anak kecil mereka sebelum tidur dibacakan sirah nabawiyah oleh orang tua mereka, sehingga orang tua di negeri Syinqith menanamkan kepada mereka bahwasanya sirah nabawiyah begitu penting.

Oleh: Izaaturrahman Pradiatma (Alumnus Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah tahun 2019)
Editor: Muhammad Azzam Al Faruq
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya
Rasyidi Circle for Islamic Thought Studies
Rasyidi Circle for Islamic Thought Studies
RASYIDI CIRCLE FOR ISLAMIC THOUGHT STUDIES didirikan pada 5 Oktober 2018 sebagai bentuk ikhtiar santri Mu'allimin dalam pengembangan wacana pemikiran dan peradaban Islam di kalangan remaja dan masyarakat umum. Komunitas ini diresmikan oleh Wakil Direktur I Bid. Kurikulum, Dr. Mhd. Lailan Arqam pada kesempatan perdana Dauroh Pemikiran Islam di R. Multimedia Madrasah Mu'allimin.

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,062PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -