Kamis, 30 September 2021. Telah diadakan acara Sarasehan Sejarah secara “Hybrid” via Zoom Meeting. Acara ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada generasi muda di Mu’allimin untuk lebih mengetahui tentang apa yang terjadi seputar peristiwa G30S PKI dengan narasumber Ustaz Sarijan SS, M.Pd dan Abyan Arkan Zain selaku host dari acara.
Acara ini diadakan oleh PR IPM Mu’allimin periode 2021-2022 yang diketuai oleh Syauqi Marsa Taqiyudin. Acara Serasehan ini dimulai dengan pembukaan, dilanjutkan pembacaan kalam ilahi, sambutan oleh Syauqi Marsa Taqiyudin selaku ketua umum PR IPM Mu’allimin, sambutan dari Ustaz Zulkifli selaku Wakil Direktur tiga Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Acara inti yang diisi oleh Ustaz Sarijan SS, M.Pd selaku pemateri dan host, tanya jawab host dan pemateri, pesan dari pemateri, sesi tanya jawab dan terakhir penutup.
Pertama, sambutan dari ketua IPM mengutarakan tujuan acara ini agar adik-adik atau teman-teman bisa lebih mengetahui tentang peristiwa G30S PKI. Kedua, sambutan dari Wakil Direktur 3, beliau mempunyai buku berjudul “Prahara Budaya” yang ditulis oleh D.S. Moeljanto dan Taufiq Ismail. Buku ini sendiri berisi tentang kondisi pada 1 minggu sebelum peristiwa G30S PKI. Sambutan ini sekaligus membuka acara Sarasehan Sejarah dengan mengucapkan Basmalah.
Acara inti, acara ini diisi oleh Ustaz Sarijan SS, M.Pd.. Beliau mengatakan bahwa pada masa sekarang ini PKI secara organisasi tidak ada, tetapi paham PKI masih ada. Nah, PKI sendiri awalnya ada pada tahun 1914 oleh orang Belanda pada masa penjajahan dan dikenalkan awalnya lewat organisasi ISDV di Jakarta. PKI muncul pada tahun 1926 dan memberontak ke pemerintah Hindia-Belanda.
Pada tahun 1948 PKI muncul di Madiun dan melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh Muso. Pada tahun 1955 namanya dicap kurang baik, akan tetapi PKI berhasil masuk 4 besar partai politik. Pada tahun 1965 PKI tumbuh besar dan memiliki hak-hak penting di negara, pada tahun itu juga mereka melakukan makar yang dikenal sebagai peristiwa G30S PKI.
Hal ini bisa kita pelajari di buku-buku sejarah dan film, tetapi semua yang ada dalam film belum tentu benar. Ada satu kejanggalan seperti mata para jenderal yang katanya ditusuk atau dicongkel, ternyata setelah hasil otopsi dari pihak medis mata yang putus ialah karena pembusukan di lubang buaya. Maka dari itu semua unsur film tidak mutlak benar karena itu sendiri juga mengambil dari apa yang ada pada saat itu.
Selanjutnya pada sesi tanya jawab ada beberapa pertanyaan seperti kenapa masyarakat bisa menerima PKI?, Nah jawabannya ialah karena PKI sendiri melakukan propaganda dengan cara yang halus seperti melakukan pengajian, makan-makan, dan rapat bersama. Selain itu PKI juga mendata anggotanya dengan rapi dan juga mereka bersikap disiplin.
Terakhir, Ustaz Sarijan memberikan pesan bahwa film G30S PKI ini harus diapresiasi. Ideologi PKI tidak boleh dibiarkan ada dan berkembang karena PKI sendiri ingin mengubah Pancasila menjadi Ekasila (Gotong royong). Kita pun sebagai pelajar berkualitas harus berfikir kreatif dan jangan sampai melupakan sejarah.
Oleh: Izzudin Al Qassam A. Editor: Wildan Aziz H.