Kalau kamu pencinta Drama Korea pasti sudah tidak asing lagi dengan cerita yang bertema tentang sekolahan bukan? Seperti K-Drama yang berjudul How to Buy a Friend, Itaewon Class, Extraordinary You, School 2013, Sky Castle, dan masih banyak lagi. Pernahkah kamu merasa, “Iih kok baju sekolahnya keren sih! Gedung sekolahnya bagus! Kalau perpustakaannya kaya gitu, aku betah deh di sekolah terus!” lalu selesai nonton jadi ingin sekolah di Korea?
Dunia SMA dalam K-Drama ternyata tidak jauh berbeda dari dunia aslinya, seperti yang dijelaskan oleh narasumber Ibu Eva Latifah, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia saat penulis mengikuti Korean Culture Day yang diadakan oleh King Sejong Institute Center Indonesia (KSIC) pada tanggal 29 Juni 2020 melalui online Zoom.
Ibu Eva menjelaskan bahwa dunia SMA di Korea juga memiliki persoalan seperti adanya geng dalam sebuah pertemanan, sekolah dengan fasilitas lengkap, pencarian jati diri, kisah percintaan anak SMA, hubungan dengan orang tua (perselisihan, pertengkaran, perbedaan pendapat), ekonomi (kerja part time), dan juga bullying (perundungan). Namun sekarang, perundungan (bullying) di Korea sudah semakin berkurang karena CCTV sudah dipasang di tiap sudut sekolah. Jadi, tidak perlu khawatir kalau kamu ingin sekolah di Korea.
Baik di K-Drama atau aslinya, Korea memang sangat menjunjung tinggi pendidikan bagi warga negaranya. Jadi, kalau kamu lihat di K-Drama banyak fasilitas lengkap yang disediakan oleh sekolah, maka di kehidupan aslinya pun juga sama. Ada ruang makan, ruang olahraga indoor dan outdoor, loker pribadi, CCTV, UKS (Unit Kesehatan sekolah), Ruang BP (상담실/Sadamsil), WiFi, Ruang Komputer, Laboratorium, Conference Room, Asrama (bagi yang ingin tinggal jika jarak rumahnya cukup jauh), Vending Machine (para siswa diperbolehkan mengisi ulang air minum di botol mereka, namun karena saat ini sedang terjadi pandemi maka mesin ini tidak diperbolehkan untuk dipakai demi mencegah penularan dan menjaga kesehatan masing-masing siswa), dan ada juga Rooftop Playground.
Tidak hanya itu saja fasilitas atau perhatian pemerintah Korea bagi penerus bangsanya. Karena, setiap dilaksanakannya ujian masuk perguruan tinggi, presiden atau artis juga akan menyemangati para peserta ujian dan memberikan selamat kepada mereka yang telah berhasil melewati ujian sekolah. Contohnya seperti BTS yang pada waktu lalu memberikan semangat melalui video YouTube mereka. Jadi, walaupun sedang terjadi pandemi tidak menyurutkan K-Idol untuk mendukung dan memberikan ucapan selamat bagi para siswa di Korea.
Selain itu, dukungan juga pastinya datang dari orang tua, di mana para orang tua akan mengantar anaknya yang akan ujian hingga ke gerbang tempat ujian berlangsung. Tidak hanya mengantar saja, tapi juga ditunggu sampai mereka selesai dan keluar dari gerbang tersebut. Pemerintah Korea juga menyiapkan transportasi umum, seperti jadwal kereta diperbanyak, jarak waktu antarbus diperpendek (ini dilakukan agar siswa yang ujian tidak kena macet yang bisa menyebabkan mereka datang terlambat), jadwal pagi penerbangan pesawat ditiadakan (hal ini dilakukan agar siswa dapat berkonsentrasi tanpa terganggu dengan adanya bunyi pesawat), dan juga jam buka perkantoran seperti bank, money changer, dsb juga disesuaikan dengan jam ujian peserta, yaitu lebih siang, umumnya jam 10 pagi.
Ibu Eva selaku narasumber juga menjelaskan tentang perbedaan antara SMA dan SMK di Korea. Sebenarnya SMA dan SMK di Korea tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. SMK dikhususkan untuk siswa yang siap kerja setelah lulus dari pendidikannya. Biasanya siswa SMK di Korea akan memilih jurusan seperti teknik, perdagangan, ekonomi rumah tangga (usaha rumahan), bahasa asing, pertanian, dan studi kelautan. Setelah bekerja 1 – 2 tahun, jika mereka ingin menambah ilmu biasanya mereka akan belajar di Cyber University atau kalau di Indonesia seperti Universitas Terbuka.
Untuk mata pelajaran umum SMK di Korea, yaitu sekitar 40% – 60% dan sisanya adalah mata pelajaran kejuruan. Sedangkan, untuk SMA di Korea terdiri dari dua jenis, yaitu umum (tidak ada spesialisasi) dan khusus (disediakan bagi yang memiliki minat dan bakat khusus, seperti bahasa asing, seni, digital multimedia, olahraga, dan sains. Biasanya untuk siswa yang masuk SMA khusus akan ada tesnya). Selain itu, SMA di Korea juga ada SMA Negeri yang dipegang oleh pemerintah, SMA Swasta yang dipegang oleh organisasi atau perorangan, dan sekolah berkebutuhan khusus atau kalau di Indonesia disebut dengan SLB.
Dahulu kualitas negeri dan swasta memiliki perbedaan, di mana umumnya sekolah swasta memiliki jam belajar yang lebih panjang. Banyak sekolah swasta yang merupakan boarding school (기숙학교/Gisughakgyo). Tapi saat ini kualitas SMA negeri dan swasta adalah sama (terstandar).
Apakah kamu tahu jumlah jam belajar siswa SMA di Korea? Jam belajar siswa SMA di Korea yaitu 13 jam sehari! Di mulai pukul 08.00 sampai 19.40. Tapi pukul 08.00 itu siswa tidak langsung masuk pelajaran pertama, karena selama kurang lebih satu jam siswa akan melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Pukul 19.40 di saat jam pulang juga ternyata itu belum jam asli mereka pulang ke rumah karena jika mereka mengikuti les atau kursus seperti matematika, bahasa, olahraga, maka mereka akan lanjut belajar hingga pukul 21.50.
Sebenarnya ada kelas tambahan yang disediakan sekolah, khususnya bagi siswa yang dianggap perlu perhatian khusus. Akan tetapi, jika siswa dan orang tua menganggap perlu adanya kursus di luar sekolah maka hal itu juga diperbolehkan. Ada fakta unik juga yang harus kamu tahu dari SMA di Korea, yaitu adanya SMA khusus laki-laki (남자고등학교/Namja Godeunghakgyo), SMA khusus perempuan (여자 고등학교/Yeoja Godeunghakgyo), dan SMA Umum (남녀 공학/Namnyeo Gohak) di mana kelas perempuan dan laki-laki dipisah.
Sang narasumber, yaitu Ibu Eva, bercerita kalau di Korea mengajar les atau kursus itu bersifat legal selagi pengajar tersebut berada di bawah naungan pemerintah atau badan les atau kursus yang memiliki izin dari pemerintah. Jika tidak, maka ia bersifat ilegal dan akan kena hukuman sesuai hukum berlaku. Tapi kalau kamu ingin menjadi pengajar kursus perseorangan saja itu tidaklah masalah selagi kamu mengajari orang tersebut secara personal. Jadi, hanya pihak kedua orang itu saja yang tahu. Kamu si pengajar dan ia murid atau keluarga murid.
Jika di Indonesia ada kegiatan KKN ketika kita masuk perguruan tinggi, maka di Korea ada kegiatan volunteer yang sudah diterapkan sejak mereka masuk sekolah. Korea memang menjunjung kegiatan volunteering, di mana dalam satu tahun siswa harus memenuhi kegiatan tersebut selama lima jam. Kegiatan volunteer bisa dilakukan di sekolah, jalan raya, bahkan stasiun.
Untuk masuk ke perguruan tinggi, siswa akan melakukan ujian masuk (수능 시험/Suneung Siheom). Siswa akan di tes yang tidak hanya untuk masuk ke perguruan tinggi negeri tapi juga ke perguruan tinggi favorit. Mata pelajaran yang akan diujikan yaitu sejarah Korea, bahasa Korea, bahasa Inggris, IPA/IPS, dan matematika. Ibu Eva juga bercerita, jika kamu berteman atau mempunyai kenalan orang Korea dan kamu menganggap kalau ia jago dalam bahasa Inggris. Maka, anggapan kamu adalah benar. Orang Korea rata-rata memiliki skor tinggi dalam bahasa Inggris. Tapi, itu hanya berlaku untuk mereka (orang Korea) yang jago dalam hal writing, reading, dan listening. Namun jika dalam hal speaking, orang Indonesia lebih unggul dan lebih berani untuk berbicara.
Apakah kamu tahu? Ternyata tidak hanya di Indonesia saja yang dikenal dengan mitos-mitos terkait ujian masuk perguruan tinggi. Karena di Korea juga ada mitos dan tradisi yang buat kamu senyum-senyum sendiri. Mereka percaya jika peserta yang akan ujian diberikan hadiah berupa garpu, maka siswa bisa menusuk atau memilih jawaban dengan tepat seperti saat kita makan menggunakan garpu yang dapat menusuk makanan tanpa ragu.
Ada juga kue beras (떡/Tteok dan 욭/Yot (sejenis permen/gulali)) yang dipercaya akan mudah mengingat pelajaran yang sudah dipelajari di otak mereka di mana jawaban tersebut diharapkan benar, karena Tteok memiliki tekstur yang lengket dan Yot berharap jawabannya berbuah manis seperti rasanya. Lalu ada tisu yang diharapkan peserta ujian akan menjawab pertanyaan dengan lancar (bisa panjang gitu jawabannya), karena tisu kan berbentuk panjang hehe tisu toilet ya. Juga cermin yang mereka percaya akan meningkatkan kepercayaan diri mereka ketika menulis jawaban ujian.
Tidak hanya yang positif atau yang diharuskan, tapi ada juga yang negatif atau dilarang untuk dilakukan, yaitu makan rumput laut (미욕/Miyok). Hal ini dikarenakan Miyok memiliki rasa asin yang dipercaya akan membuat mereka salah memilih jawaban. Kan kalau makanan terlalu asin jadi tidak enak. Makanya mereka takut kalau hal itu akan berdampak buruk pada saat ujian nanti. Itulah yang diketahui oleh Ibu Eva.
Lalu, apa sih perbedaan siswa SMA di Korea dan Indonesia? Siswa di Korea sudah tahu akan menjadi apa nantinya jika sudah lulus sekolah, sekolah ya bukan kuliah. Sedangkan, Indonesia.., kamu pasti tau jawabannya bukan? Mengalir saja karena masa depan adalah urusan nanti, yang paling penting adalah saat ini. Mengalir pun bahkan sampai lulus kuliah, masih ada yang belum tahu ingin menjadi apa. Apakah kamu juga termasuk?
*Pemenang lomba #YukMenulis pekan ketiga yang diselenggarakan oleh Sobat Perpustakaan Mu’allimin.
Oleh: Istiana Fauzi