Pada awal-awal Oktober ini banyak aksi-aksi mahasiswa dan buruh yang berteriak untuk menolak pengesahan UU Omnibus law yang berakhir anarkis dan ricuh. Banyak fasilitas umum yang menjadi bulan bulanan oknum pendemo yang tidak di kenali. Bahkan mobil polisi dan pagar gedung pemerintahan ikut rusak karena aksi anarkis.
Tidak hanya mahasiswa dan buruh saja yang ikut berdemo, pelajar pun banyak yang ikut serta. Mulai dari STM dan SMA. Melihat banyaknya angka pelajar yang ikut demo, IPM Mu’allimin mengadakan talk show yang mempertanyakan dan membedah isu tentang “Apasih pengaruh demo bagi pelajar?”. Talk show tersebut diadakan pada Senin, 12 Oktober 2020.
Menurut Racha Julian Chairurizal (Kak Raju) selaku ketua bidang advokasi PW IPM DIY, yang sekaligus pemateri di talk show ini berbicara, bahwa demo dapat melatih mental dan melatih daya kritis seorang pelajar. Karena saat berdemo, seorang peserta demo dihadapkan dengan masalah yang menuntut seseorang berpikir kritis dan berani.
Menurut pemateri, ada beberapa manfaat demo yang di antaranya adalah demo sebagai bentuk penerapan demokrasi dengan benar. Yaitu dengan memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk berpendapat dan memberi usul bagi kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. Juga demo sebagai upaya mendorong pemerintah untuk lebih mendengar dan mempertimbangkan kembali kebijakan-kebijakan yang dirasa merugikan rakyat.
Saat berdemo, kita tidak bisa asal ikut-ikutan demo saja. Akan tetapi sebelum demo, kita harus paham dan kritis apa yang ingin kita demokan. Jangan sampai kita berteriak tapi kita sendiri tidak paham dengan apa yang diteriaki. Jangan pula berdemo hanya untuk melampiaskan amarah yang menggebu dan lantas meninggalkan substansi demo itu sendiri: menyuarakan pendapat.
Jangan mudah terpengaruh dengan berita yang berseliweran. Pastikan berita yang dibaca adalah berita benar dan jelas asalnya. Hoaks menjadi musuh terbesar yang dapat mengadu domba-kan kedua belah pihak yang awalnya tidak saling berhadapan. Perbanyak membaca dan memilah berita menjadi cara ampuh melawan hoaks.
Dalam menyuarakan pendapat sebisa mungkin memberikan contoh demo yang damai dan dewasa. Jangan sampai merusak fasilitas-fasilitas umum yang dapat merugikan pemerintah maupun warga sekitar. Alangkah lebih baik jika kita melakukan demo dengan kepala dingin melalui diskusi di ruang akademik. Di sana kita bisa ungkapan segala unek-unek yang menjadi kontroversi pada kebijakan yang kita anggap merugikan, dan (syukur-syukut) dari sana bisa menghasilkan solusi yang terbaik untuk ke depannya.
Dalam keadaan yang sedang tidak menentu pasca demo ini, hal baik yang perlu dilakukan sebagai seorang yang terpelajar adalah banyak mempelajari isu terkini guna mengurangi kesalahpahaman di tengah masyarakat dan juga sebagai pelajaran berharga di masa yang akan datang agar hal-hal buruk yang ada sekarang tidak terulang kembali.
Oleh: Primus Fathoni Editor: Nafiis Anshaari