Lembaga Pers Muallimin, Yogyakarta — Selasa, 21/05/2024. Pimpinan Ranting IPM Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta menyelenggarakan PDPM (Pelatihan Dai Pelajar Muhammadiyah) yang berlangsung selama 2 hari dan diorganisir oleh bidang Kajian Dakwah Islam (KDI) PR IPM Muallimin. Kegiatan ini diselenggarakan bagi para siswa kelas 2, 4, dan 5, guna meningkatkan kemampuan dan kualitas sebagai seorang dai. Terdapat 3 narasumber yang pastinya tidak kalah menarik, yaitu Ust. Sholahudin Zuhri, Ust. Erik Tauvani Somae, dan Mas Dio Diadon.
Kegiatan ini dimulai saat matahari hendak menghilang dari cakrawala pada hari selasa bertempat di masjid jami’ Muallimin. Dihadiri oleh segenap anggota KDM (Korps Dai Muallimin) dan beberapa siswa yang mendaftar untuk mengikuti serangkaian acara PDPM. Diawali dengan acara pembukaan agenda PDPM secara resmi yang dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi pertama oleh Ust. Sholahudin Zuhri seputar keislaman. Beliau adalah alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah yang berdiaspora di kancah internasional. “Berdakwah itu dengan siapapun, tetapi perlu didasari dengan keilmuan karena setiap pembahasan ada tempatnya dan setiap tempat ada pembahasannya, oleh karena itu seorang mubaligh/dai harus memiliki keilmuan yang mumpuni dan relasi yang luas” Ujar Ust. Sholehudin Zuhri. Beliau juga menyampaikan bahwa mubaligh/dai bukan hanya seorang yang berbicara di atas mimbar masjid, melainkan setiap orang yang menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan ilmu itulah seorang mubaligh, tanpa melihat status, profesi, maupun hobi. Perpecahan di Indonesia terjadi karena memahami suatu persoalan agama hanya dengan kacamata kuda.
Pentingnya kaderisasi di era distrupsi, adalah tema yang dibawakan oleh Ust. Erik Tauvani Somae. Beliau adalah alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah dan beliau adalah sahabat Alm. Buya Syafi’i Ma’arif. Diawali dengan pertanyaan kepada para peserta PDPM berkaitan dengan apa itu kaderisasi? Apa itu distrupsi?. Setelah dua peserta menjawab, beliau menjelaskan lebih lanjut lagi berkaitan kaderisasi dan distrupsi. “ Dengan adanya kaderisasi di era distrupsi ini guna mencegah para kader-kader muda Muhammadiyah terjerumus pada hal-hal negatif yang semakin mudah diakses” Tutur beliau. Ada 5 hal yang harus menjadi karakter seorang kader di era distrupsi; bertaqwa & berakhlak, critical thinking, scientific mentality, global citizenship mentality, serta harus memiliki soft dan hard skill.
Rabu, 22/05/24. Setelah salat ashar selesai didirikan para peserta PDPM memasuki aula madrasah Lt.2 untuk mendengarkan pemaparan materi terakhir dengan narasumber Mas Dio Diadon. Beliau adalah salah satu animator dari animasi Adit Sopo Jarwo, selain menjadi animator beliau juga menjadi marbot di Real Masjid, Sleman. Beliau menjelaskan berkaitan dengan digitalisasi dakwah. “ Saat ini banyak orang yang memutuskan untuk tidak berperan, mereka berdalih dengan alasan ketenangan hidup dan mengambil peran itu capek. Ya memang capek, tapi dengan kita mengambil peran, nama kita akan berkesan di hati seseorang yang mau merubah dirinya menjadi lebih baik karena peran kita. Jangan sampai teman-teman di sini lulus dari Muallimin tidak memiliki peran apapun” Tutur Mas Dio Diadon.
Acara ini berakhir di malam hari setelah diadakannya SGD dan FGD pasca pemaparan 3 materi. Jangan takut untuk memulai sesuatu yang baik.
Oleh: Fawwaz Zaydan Hammam dan Muhammad El Fateeh Nursyams
Editor: Mazaya Abdillah Iskandar