32.2 C
Yogyakarta
Jumat, 17 Januari 2025
BerandaKabarPerpisahan Kelas 6: Dari Karpet Merah Disambut untuk Berpisah

Perpisahan Kelas 6: Dari Karpet Merah Disambut untuk Berpisah

“Mosaic of Memory: Novum Initium”

Yogyakarta, Lembaga Pers Mu’allimin –   Atmosfer rendah terlukis sapuan biru cerah mengantar hari Kamis (23/05/24) yang saat dilaksanakan agenda Perpisahan Kelas 6 bertempatkan lapangan tengah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (selanjutnya disebut Muin).

Tak kalah saing, biru cerah seragam Sabtu menjadi dresscode para santri yang sesaat lagi genap di Muin dari yang tampak baru (mungkin beli, tetapi bisa jadi pinjam) hingga yang tampak lusuh sebagai tanda usai dalam menunaikan tugas menuntut ilmu di Muin, kelihatan rekam jejaknya.

Sebelum agenda dimulai, para santri fokus utama hari ini dan santri penonton berkumpul di latar masing-masing.

Santri kader tingkat enam berkumpul di lantai dua dan santri penonton bersiap diri mengantre depan madrasah menunggu giliran.

Tatkala perlahan antrean maju, terkhusus bagi kader tingkat tsanawiyah diminta menuliskan kata-kata di atas sticky notes yang kemudian ditempel di papan kayu sebagai dekorasi tambahan. 

Rerata kata kunci yang tertulis adalah ucapan selamat atas kelulusan.

Kaki silih mendahului berderap menuju lapangan, tengok kanan-kiri dari pintu masuk yang telah ditentukan dalam acara melawati segiempat tembok-tembok depan kelas dalam lorong dihiasi potret-potret nostalgia gaya Polaroid dan tipografi yang lentik. 

Ada foto yang bagus, ada pula yang menggelitik perut.

Teruntuk kader tingkat dua, tingkat tiga, empat, dan lima singgah ke tempat yang telah diarahkan. 

Dekat kantin buat kader tingkat dua dan lima, dekat ruang BK buat kader tingkat empat dan santri yang didatangkan dari Sedayu, serta tengah lapang bagian tepi barat-timur-selatan terspesialisasi untuk kader tingkat enam yang akan lulus dan jajaran Direksi berikut asatiz.

Bakda semua memantapkan duduknya di tempat masing-masing sembari menyaksikan penampilan praagenda, para kader tingkat enam sedang mengantre mempersiapkan diri untuk prosesi pemanggilan.

Beberapa waktu kemudian, pembukaan dimulai pukul setengah delapanan dengan dua pembawa acara oleh Rumi da Mayza.

Sesuai pola kebiasaan yang ada, setelah sesi pembukaan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu: Indonesia Raya, Sang Surya, dan Mars SKM. Lalu, dilanjutkan sesi Kalam Ilahi oleh Wildan Manurung. Nah, barulah setelahnya dilanjutkan salah satu sesi utama hari ini yakni prosesi pemanggilan kader tingkat enam.

Kader tingkat enam yang sudah menunggu sedari tadi kembali memapah diri dengan merapih dan mempersiap karena akan segera dipanggil tiap-tiapnya untuk maju menapak menyambut karpet merah perpisahan.

Dimulai pemanggilan kader dari Ahmad Askar, Abdullah Azzam, Ahmad Fauzan, dan seterusnya satu persatu hingga dipanggillah badan pengurus harian kader tingkat enam dari,

Ketua 2: Muhammad Naufal Saifullah,   Ketua 1: Muhammad Araf Caysar Muqorrobin, dan terakhir Ketua Umum: Muhammad Daffa Yasa Pratama.

 Bergerak mentari menuju ke arah garis tegak lurus terhadap kepala yang berada di derajat nol, sambil itu terlihat kelakuan unik kader tingkat enam yang bergaya melangkahi karpet.

Ada yang begitu, ada yang mengguna kacamata, ada yang salam itu-ini, ada yang menambahi uniknya dengan menggunakan topeng perampok kelabu, bahkan paling heboh ada yang goyang duyung (bisa jadi ada terminologi lain).

Setelah proses pemanggilan bak peragaan busana, dilanjutkan dengan sesi sambutan dari Andi Rayyan Abdul Aziz selaku Ketua Panitia acara ini, berikut Muhammad Daffa Yasa Pratama selaku Ketua Umum Keluarga 98, dan Ust. H. Aly Aulia, Lc., M.Hum. selaku perwakilan Muin. 

Berikut beberapa penggalan sambutan yang disampaikan:

Oleh Rayyan, “selamat kepada kakak-kakak 98 yang telah bisa melewati lika-liku yang ada di Mu’allimin ini. Semoga dengan kelulusan dari Mu’allimin ini bisa selalu memberikan manfaat kepada masyarakat, serta ilmu-ilmu yang diperoleh dari Mu’allimin selalu bisa diamalkan di luar Mu’allimin, serta kita akan menjadi kader yang sesuai dengan visi-misi kita.”

Oleh Kak Daffa Yasa, “saya mengibaratkan Mu’allimin ini sebagai Tesla –suatu barang yang mahal harganya– Tesla, dan ada dua pilihan,‘apakah kita akan bangga dengan hanya memiliki Tesla tersebut’ atau yang kedua ‘kita bangga dapat memiliki Tesla tersebut dan dapat menggunakan Tesla tersebut ke tujuan yang kita inginkan’ sama halnya, ketika kita di Mu’allimin, ‘apakah kita akan hanya bangga bersekolah di sekolah kader, di sekolah yang didirikan oleh Ahmad Dahlan dan segala labelnya yang dimiliki Mu’allimin’atau ‘kita bangga kita bisa bersekolah di Mu’allimin dan kita bisa menggunakan Mu’allimin sebagai tools untuk melenting dan mengembangkan potensi kita disini’ada dua pilihan dan jawabannya silahkan tanyakan ke diri kita masing-masing.”

Oleh Ust. Aly, “sesuai dengan jati diri kita untuk terus menjadi pelangsung dan penyempurna amanah persyarikatan, untuk terus mau tampil di mukaberjuang dengan penuh kegembiraan, untuk terus menempa dirinya dalam rangka untuk menjadi pemimpin, pendidik, bahkan ‘ulama yang lebih hebat dari yang ada saat ini karena satu-satunya jalan untuk bisa kita tetap menjadi jati diri kita sebagai kader adalah kita melanjutkan karena nyata-nyata perjalanan tentu harus dilanjutkan, tidak perlu takut.”

“Jadikan almamater tercinta kita ini almamater yang terus-menerus bisa dan mampu mencetak kader-kader di masa yang akan datang.”

Sesi selanjutnya, diisi dengan penampilan-penampilan: 

Kesatu, kolaborasi siswa Muin –yang menampilkan percakapan komedi asal nyambung seperti konsep yang ditawarkan film komedi terkenal Warkop DKI– lalu tiba-tiba adegan berjoget diakhiri tarian dengan iringan lagu Heavy Rotation membuat hampir semua penyaksi mendadak wota

 Kabarnya, grup ini baru latihan H-1.

Kedua, penampilan nyanyian mengasyikkan dari Arsyada Mayza Rahman –yang direspon meriah oleh pemirsa, ditengarai adanya yang maju ke depan panggung untuk memberikan bunga kuning plastik dan tak cuma seorang saja–

Ketiga, penampilan musik terutama lagu terkenal bertajuk Kangen oleh grup musik Keluarga 99 –yang bersama-sama menyanyi sana-sini–

Terakhir (yang mungkin jadi benar-benar berakhir), penghargaan-penghargaan: untuk Muin berupa plakat dan pohon mangga sebagai kenang-kenangan diterima oleh Ust. Aly selaku perwakilan, untuk perpustakaan diwakilkan Ust. Farid Imron,

untuk asatiz terbaik menurut masing -masing jurusan, 

Ust. Eko Supriyanto –MIA–, 

Ust. Zulfi Jalal –IIS–, 

Ust. Feri Septianto –IIK–

menurut angkatan,

Ust. Darmawan,

untuk pamong terbaik,

Ust. Anang dan Ust. Anton –yang mana diberikan jam dinding sebagai kenang-kenangan–

untuk musyrif terbaik,

Ust. Mufti,

untuk satpam terbaik,

Bpk. Santo,

Sedikit pesan dari Ust. Anton Ismunanto, “yang pertama, kalian habis ini akan menjalani hidup di luar asrama, rawat akidah kalian baik-baik, media sosial kita ini penuh dengan kalimat-kalimat yang bisa meruntuhkan cara pandang kalian tentang apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran,” lanjut lagi, “akhlak bukan tentang sopan santun tapi tentang kebenaran tindakan kalian dan yang paling berat adalah melawan tendensi yang tersimpan di dalam hati dan hasrat-hasrat kalian.”

Kemudian, penampilan musik oleh Keluarga 98 dengan lagu terakhir yang dibawakan ialah Kuning –yang mana kader tingkat enam berkumpul di tengah lapang, bernyanyi, erat bergandeng tangan, kaki menghentak kompak, ingar-bingar–

Dan, sesi sebelum penutupan, yakni doa yang dipimpin oleh Ust. Abduh Zulfidar Akaha,

 Usai berdoa, sesi penutupan –tentunya dengan prosedur membaca hamdalah bersama– diakhiri salam,

waktunya memulai awal yang baru.

Oleh: M. Elfateeh Nursyams
Editor: Danu Rahman Wibowo
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya
Kiriman Sebelumnya
Kiriman Selanjutnya

Ikuti KweeksNews!

106FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -