Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan institusi dibawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang memiliki visi untuk mencetak kader pemimpin pendidik dan ulama. Kemudian Almarhum Buya Syafii Maarif Rahimahullah menambahkan peranan “kader” dalam resonansi Republika pada 31 Juli 2013, menekankan bahwa alumni Mu’allimin – Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta harus menjadi kader kemanusiaan, kebangsaan, dan keumatan. (Anakpanah.id/2022.)
Berangkat dari amanah Buya, ini menjadi suatu isyarat penting, agar membangun kesadaran di kalangan siswa Mu’allimin akan posisi strategis yang kelak ditanggung. Sementara hari ini, dapat kita saksikan bagaimana kondisi siswa-siswa di Madrasah Mu’allimin yang rasanya kalau menggunakan istilah Jawa, masih kurang greget untuk dikatakan sebagai kader. Seperti yang kita lihat angka keterlambatan yang masih tinggi, pakaian siswa ketika berangkat, kondisi kelas yang kerap tidak teratur, hingga kasus pelanggaran – pelanggaran etika yang masih kerap dilakukan, dan lain sebagainya.
Padahal kita ketahui bahwa generasi muda adalah pewaris bangsa, lebih konkret lagi apa yang selalu diucapkan setiap apel pagi yakni Janji Pelajar Mu’allimin yang 5 yaitu : Berjuang untuk kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara. Rasanya ini sudah cukup menjadi pernyataan terbuka kesediaan siswa Mu’allimin dalam mengambil peranan di kancah lokal, nasional maupun internasional untuk tampil sebagai seorang kader.
Ada satu momentum dimana penulis terenyuh oleh alasan seorang Pak Risanto, seorang satpam di Mu’allimin menyampaikan harapan besarnya pada siswa Mu’allimin, bahwa saat ini yang ia lakukan adalah upaya kecintaannya pada bangsa, pada persyarikatan. Dan itu diejawantahkan dalam mengawal lahirnya kader-kader bangsa yang bermanfaat seluas luasnya dengan peran yang ia mainkan saat ini sebagai satuan pengaman.
Melihat kondisi yang terjadi rasanya perlu kembali kita secara bersama – sama merefleksikan apa yang “seharusnya” dilakukan. Mengingat amanah yang diberikan oleh Persyarikatan, oleh guru bangsa bagi Madrasah kita tercinta ini, maka diperlukan suatu upaya konkret berbagai elemen untuk membangun kembali kesadaran, sense, atau rasa menjadi seorang kader yang seharusnya ada melalui :
- Optimalisasi peran organisasi santri, komunitas kepengurusan kelas dan kepengurusan asrama
Suatu pergerakan jika akar rumput nya tidak melakukan pergerakan maka sekedar jadi wacana, gagasan semata. Mengutip Ar-Rad ayat 11 yang berbunyi:
…اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ…
“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…”
Ini menjadi dasar dalam mereformasi kinerja masing masing wadah pelajar yang telah ada.
Sebagai upaya pemberdayaan akar rumput, Mu’allimin sendiri memiliki wadah yang cukup banyak untuk memberikan siswanya ruang untuk berekspresi, berkarya dan berkontribusi.
Hanya saja kemudian ada ketimpangan – ketimpangan yang terjadi diantara wadah tersebut, seperti kalah eksistensi, pelaksanaan yang tidak sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) atau tidak menjalankan sama sekali, Sehingga terjadi ketidaksinkronan dalam tubuh setiap wadah pelajar di Mu’allimin.
Maka perlu upaya sinkronisasi dan optimalisasi peranan masing masing wadah organisasi maupun komunitas, contoh dari aspek ketertiban saat keberangkatan sekolah keamanan asrama menertibkan keberangkatan siswa agar rapi dan sesuai jadwal dan menjalankan sesuai prosedur di buku hijau pedoman hidup santri, kemudian sesampainya disekolah akan diarahkan oleh polisi keamanan sekolah sebagai komunitas di bawah DEP Hizbul Wathan.
Dari aspek keberangkatan sekolah saja, ini akan memupuk rasa tertib dan rasa perwira seorang siswa Mu’allimin sehingga kelak tidak akan melakukan hal – hal yang tidak mencerminkan siswa sekolah kader seharusnya
- Mengundang Tokoh Bangsa di sela Belajar Mengajar
Dulu waktu kecil tentu lebih bersemangat ketika melakukan suatu hal dan diperlihatkan hadiah yang akan diterima ketika usai melaksanakan tugas.
Demikian pula kiranya yang akan terjadi pada siswa Mu’allimin, siswa Mu’allimin akan lebih bersemangat jika figur publik diundang ke kelas – kelas pembelajaran yang biasanya. Memang program semisal sudah terlaksana di Mu’allimin bagi siswa kelas 6 yakni Ujian Kader Persyarikatan yang mendatangkan tokoh – tokoh Muhammadiyah. Namun itu hanya dirasakan bagi segelintir siswa saja, dan sifatnya tidak berkesinambungan.
Maka perlu diketahui, bagi siswa Mu’allimin adalah kegiatan yang menjemukan berada dalam rutinitas yang itu – itu saja, harus bergulat dengan rumus Matematika, Ilmu Falak Ekonomi, dan lain sebagainya yang rasanya bak musafir yang kehilangan arah dan kemudian diberikan arah, begitulah kiranya apabila tokoh bangsa, artis publik figur lebih – lebih lagi sosok alumni yang mengisi posisi – posisi penting di publik, diundang mengisi pembelajaran di sela – sela pembelajaran. Ini akan memberikan daya dorong tersendiri dalam pembelajaran, karena bayangan nyata yang selama ini di elu – elu kan pamong, musyrif, siswa ataupun setiap briefing bulanan dan amanat Ustaz Aly di lapangan, akan jauh lebih terasa apabila role model nya datang secara nyata dan berbagi kisah yang kurang lebih akan tersirat oleh para publik figur pada siswa “kira – kira kamu setelah lulus akan jadi seperti saya loh, maka kamu jangan melakukan ini dan lakukan ini”.
Sehingga mereka akan memahami dengan pasti seperti apa kiranya masa depan nya nanti atau memiliki orientasi arahnya sebagai siswa Mu’allimin untuk menuntaskan pendidikan nya. Terutama kelas 6 yang berada di penghujung tahun, maka perlu intensif dalam audiensi, stadium general bagi siswa kelas 6 untuk me-refresh dirinya sebagai siswa yang akan menjadi alumni yang memainkan peran yang seharusnya.
- Memperbanyak ruang diskusi internal maupun dengan siswa dari sekolah Jiran.
Saat ini Madrasah Mu’allimin sudah membangun jejaring dengan sekolah – sekolah di jaringan internasional, dengan relasi – relasi ini dapat menjadi wadah strategis dalam mengembangkan wawasan internasional siswa. Menyadarkan siswa bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat dunia. Mengutip dari Bakrie.ac.id, bahwa generasi Z perlu memahami 17 poin SDGs yang telah dirumuskan, SDGs ini hadir berangkat dari kesadaran bahwa sumber daya alam yang berasal dari lingkungan hidup dapat habis. Sehingga, sebagai manusia yang tinggal di dalamnya kita harus memanfaatkan lingkungan secara rasional dan juga melindunginya demi keberlangsungan kehidupan umat manusia dan semua makhluk hidup di bumi. Ini menjadi poin yang perlu ditekankan pada siswa Mu’allimin sebagai kader kemanusiaan, kader umat, dan bangsa.
Madrasah Mu’allimin merupakan sekolah yang telah berdiri 105 tahun lamanya, menjadi saksi perjalanan bangsa sebagai rahim para pahlawan nasional, guru bangsa maupun tokoh – tokoh yang berpengaruh dari taraf nasional hingga lokal. Maka rasanya perlu pengejawantahan identitasnya sebagai sekolah kader untuk dikawal secara menyeluruh, secara bersama oleh siswa, guru, pimpinan karyawan oleh semua yang terlibat dalam pembentukan kader pemimpin, pendidik dan ulama’, yang berwawasan kader kemanusiaan, kader umat, dan kader bangsa.
Oleh: Araf Caysar Muqarrabin (Santri kelas 6 Mu'allimin) Editor: Danu Rahman Wibowo