26.2 C
Yogyakarta
Selasa, 12 Agustus 2025
BerandaArtikelMu'allimin dan Era Baru Pendidikan

Mu’allimin dan Era Baru Pendidikan

Sejak berdirinya Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan menunjukkan keseriusannya dalam berkhidmat kepada masyarakat. Banyak amal usaha yang berdiri sebagai wujud keteladanan Muhammadiyah dalam membangun peradaban bangsa. Di antara banyaknya amal usaha adalah sekolah. Salah satu sekolah yang didirikan langsung oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah Qismul Arqa’ yang kini menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 1918. Sekolah calon guru ini pada perkembangannya memiliki tujuan untuk mencetak kader pemimpin, pendidik, dan ulama. Tujuan yang mulia ini perlu kita dorong dan kita kawal secara saksama agar jebolan dari sekolah ini tidak masuk ke lubang yang salah.

Belajar dari Para Pendahulu

Tak diragukan lagi, jika kita boleh menilik sejarah besar sekolah ini banyak peristiwa maupun para pemimpin yang lahir dari rahimnya. Buya Syafii Maarif merupakan salah satu dari banyaknya pemimpin yang kiprahnya dapat kita rasakan. Perjuangan serta kegigihan beliau dalam memperkokoh kebangsaan dan keagamaan sangatlah mumpuni. Analisis dan ketajaman berpikirnya tak dapat diragukan lagi bak pisau yang sudah diasah. Keteduhan dalam hidupnya memberikan suntikan semangat bahwa sebagai seorang kader kita harus berani dan jangan pernah takut. Ghirahnya dalam mewujudkan tujuan Mu’allimin tak dapat dianggap sebelah mata, anak panah Muhammadiyah ini pernah dibenum di Lombok serta menjadi Guru  SMA PGII di Baturetno. Kemampuannya dalam berniaga telah ia tunjukkan sehingga Buya Safii Maarif dapat menjadi seorang negarawan. Adanya Buya Syafii Maarif dapat kita jadikan contoh kepemimpinan yang baik.

Tantangan Masa Depan

Globalisasi yang telah memasuki revolusi industri 4.0 merubah seluruh tatanan kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan berbasis teknologi kini harus dikuasai oleh setiap insan pada semua pekerjaan. Pun juga kita sedang memasuki era disrupsi, di mana setiap perubahan terjadi secara cepat dan tidak dapat diprediksi oleh siapa pun. Manusia yang dapat mengikuti arus dari adanya kemajuan pesat teknologi akan semakin maju dan kian terbuka wawasannya sebab ia dapat mengetahui dan mempelajari setiap jengkal perubahan dengan baik. Namun bagi mereka yang tak dapat mengikuti arusnya atau bahkan menentang kemajuan teknologi, mereka tergilas dan tertimbun oleh keangkuhan dan egoisme diri sehingga tertinggal jauh dan terlupakan.

Tak terelakkan, pada bidang pendidikan juga merasakan hal yang sama namun berbeda cerita. Kemajuan teknologi menuntut guru dan peserta didik untuk dapat beradaptasi dengan kecanggihan yang ada. Namun sayangnya di Indonesia pada umumnya dan di Mu’allimin pada khususnya belum mampu beradaptasi akan kemajuan yang ada. Pendidikan di Indonesia hanya berjalan di tempat. Jika kita perhatikan secara saksama sejak lima puluh tahun yang lalu hingga hari ini praktik pendidikan gaya bank masih sangat mendominasi, di mana peserta didik hanya dijadikan objek dalam pembelajaran. Peserta didik dianggap tidak tahu apa-apa sedang guru yang tahu segalanya. Pembelajaran kita hari ini hanya berputar-putar pada guru mengajar-peserta didik belajar, guru bicara-peserta didik mendengarkan, guru memilih apa yang dajarkan-peserta didik menyesuaikan diri. Pendidikan yang ada menutup rapat cara berpikir kritis dan daya cipta peserta didik sehingga peserta didik hanya dapat mengangguk tanda setuju.

Harapan untuk Maju

Jika kita selisik lebih dalam lagi pendidikan kita saat ini banyak berisi doktrinasi dan intimidasi. Guru mengintimidasi peserta didik dengan memberikan ancaman nilai jelek atau tidak lulus. Guru berfokus pada menggugurkan kewajiban sedang kecerdasan peserta didik adalah nomor sekian. Sistem yang ada pun juga pada akhirnya memaksa baik guru maupun peserta didik untuk tidak kreatif.  Minimnya apresiasi memberi andil dalam menurunnya motivasi belajar peserta didik.

Pendidikan karakter dan pendidikan humanis dapat menjadi alternatif pendidikan di era kemajuan teknologi kini. Pemerintah Indonesia pun sejatinya telah melakukan upaya dengan membuat kurikulum 2013 (K13). Pendidikan karakter berfokus pada daya cipta serta kreativitas peserta didik. Peserta didik dibebaskan membuat sebuah karya yang nantinya dapat ditunjukkan pada seluruh dunia dengan ciri khasnya. Pendidikan humanis menitikberatkan peserta didik agar dapat berpikir kritis, membuka cakrawala pengetahuan dan berbagai macam disiplin ilmu, serta dapat berpikiran terbuka.

Dengan menerapkan sebuah sistem pendidikan baru dan mencerahkan, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta mampu menjadi trendsetter bagi pendidikan di Muhammadiyah maupun di Indonesia. 102 tahunnya menunjukkan konsistensi dalam mewujudkan pendidikan nyata. Sebuah proses dan perjuangan yang tidak mudah sehingga yang ada di dalamnya harus mampu mempertahankan dan membuat Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta lebih maju ke depan.

Oleh: M. Afdhol Mufti Alhakiki (Musyrif Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Alumnus Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2017)
Editor: Qonuni Gusthaf Haq
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

107FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -