Lembaga Pers Mu’allimin, Hong Kong — Tanggal 4 Maret, Kami sebagai para Mubaligh dan Mubalighat bersiap menuju Bandar Udara Yogyakarta. Perjalanan kami yang begitu panjang mengharuskan kami mendarat sementara di negara Singa Merlion. Setibanya kami di sana, kami menikmati pemandangan yang autentik dengan negara tersebut terutama di bandaranya “Jewel” merupakan situs wisata yang khususnya bisa dinikmati oleh para turis maupun karyawisata liburan lainnya yang sedang transit menunggu penerbangan selanjutnya di bandara.
Setelah menikmati Jewel kami para Mubaligh dan Mubalighat melanjutkan penerbangan kami ke Hong Kong dalam keadaan berpuasa. Sangat beruntung bagi kami difasilitasi maskapai yang terbilang berkelas karenanya kami disajikan beberapa makanan berat seperti mie dan juga nasi ayam. Betapa nikmatnya kami berbuka puasa di pesawat sampai pada pukul 10 malam waktu Hong Kong kami tiba di Bandara Internasional Hong Kong dan disambut oleh ustad Husnul yang merupakan salah satu pengurus Dompet Dhuafa Hong Kong.
Sesampainya kami di Markas Dompet Dhuafa Hong Kong, kami tepat jam 1 malam waktu Hong Kong. Kami beristirahat sementara di kantor sampai esok pagi kami ditempatkan di masing-masing tempat. Para Mubaligh ditempatkan di sebuah kontrakan sederhana mereka sedangkan para Mubalighat akan ditempatkan di Shelter Dompet Dhuafa Hong Kong yang dikelola langsung oleh Dompet Dhuafa Hong Kong.
Keseharian kami sebagai para Mubaligh dan Mubalighat pun dimulai sejak hari pertama kami tiba, di mana kami sebagai mubaligh harus mengisi tilawah rutin setelah sahur. Meskipun harus dengan media zoom dan para mubalighat yang mengajar tahsin para ibu-ibu yang tinggal di shelter tersebut. Begitu mencengangkan bagi kami pada hari-hari awal kedatangan kami suhu disana bisa mencapai 13°C dan kami terpaksa harus memakai pakaian hangat terbaik kami untuk melaksanakan perjalanan dakwah kami.
Khusus pada weekend, kami begitu sibuk dan tersebar di seluruh penjuru Hong Kong. Ada yang sampai ujung utara mendekati perbatasan China untuk menemani para dai mengisi kajian rutin mingguan ada yang ke arah barat timur dan segala penjuru, bahkan ada yang sampai Macau, untuk menjadi asisten dai ambassador dalam mengisi kajian rutin juga. Selain itu,kami juga membantu para volunteer Dompet Dhuafa yang dikenal dengan nama kegiatan “fundrising” atau aktivitas yang mengharuskan kita mengelilingi setiap titik-titik lokasi para PMI untuk menyediakan jasa infak, sedekah, dan juga zakat fitrah. Begitu banyak para muzakki yang terlibat dalam melakukan amal kebaikan seperti berinfak bersedekah hingga melaksanakan kewajiban mereka sebagai muslim dalam melakukan zakat fitrah.
Begitu banyak aktifitas dan kegiatan yang kami lakukan, bukan hanya dengan Dompet Dhuafa saja kami sebagai Mubaligh dan Mubalighat juga melakukan kolaborasi dakwah bersama PCIA (Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah) yang juga menjadi salah satu support kami dalam melaksanakan dakwah di negeri pelabuhan harum ini. Perjalan dari ujung ke ujung bukanlah sebuah halangan bagi kami meskipun kami sedang berpuasa. Kendati demikian, kami tetap semangat dan tetap membantu para Volunteer Fundrising dalam membantu tugas-tugas mereka seperti mendoakan para muzakki dan juga menghitung uang infak maupun zakat yang mereka berikan dan percayakan kepada kami.
Hari-hari terakhir kami di Hong Kong dipenuhi kesedihan dan kerinduan, karenanya kami harus berpisah dengan para ustad dan ustazah yang telah menemani kami berdakwah dan mengajarkan kami berbagai hal selama di Hong Kong. Hari-hari kami sebelum pulang, kami melaksanakan pesantren kilat yang dihadiri oleh beberapa anak dengan umur 3-11 tahun. Sangat seru dan menyenangkan serta membahagiakan bisa mengajari mereka berbagai macam hal seperti, melipat origami, mengajari mufrodat hingga kami mengajari mereka membuat batik. Sehingga mereka begitu bahagia dan excited dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat tersebut.
Tanggal 31 Maret, Kami berenam bersama ustad pembimbing kami harus kembali ke tanah air karena telah selesai melaksanakan tugas kami sebagai mubaligh dan juga mubalighat. Mengharukan, menyenangkan, dan membahagiakan begitu kami harus meninggalkan negeri pelabuhan harum ini. Dan kembali ke tanah air dengan begitu bangga. Sebab, kami kemari membawa nama almamater, bangsa, dan agama. Tugas kami selaku Mubaligh dan Mubalighat telah selesai, kini kami harus melanjutkan pendidikan kami di sekolah kami dan harus mengambil hikmah serta pelajaran yang sudah kami alami selama kami berdakwah di Hong Kong.
Terima kasih Dompet Dhuafa, PCIA, dan SaranMU Hong Kong yang telah menaungi dan menjadi support system kami semua serta teman-teman mubaligh dan mubalighat, serta ustad pembimbing kami. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan dakwah ini.
Oleh: Muhammad Maliq Hakeem
Editor: Khalish Zeinadin