Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Perdamaian merupakan sesuatu yang didambakan setiap manusia di sepanjang zaman. Manusia secara naluriah pasti memiliki keinginan untuk memiliki kehidupan yang damai, tentram, yang secara otomatis membuat hidup menjadi lebih bahagia dan menjadikan bumi tempat yang lebih layak untuk ditinggali. Namun manusia selalu saja menemukan alasan untuk berperang, selalu saja ada alasan untuk membunuh kelompok manusia lain.
Kita selalu mengatakan bahwa perbedaan membuat manusia menjadi unik dan dengan itu membuat kehidupan manusia lebih indah, tapi jika perbedaan tersebut menjadi alasan untuk menumpahkan darah, apakah perbedaan itu masih indah? Alangkah anehnya manusia yang katanya adalah makhluk dengan kapasitas intelegensia paling tinggi di muka bumi yang secara sukarela membunuhi orang lain yang bahkan mungkin tidak dikenalinya sama sekali hanya karena perbedaan cara dalam melihat dunia. Jika kita benar-benar berpikir, peperangan adalah anak-anak muda yang tidak saling mengenal membunuh satu sama lain karena orang-orang tua pemegang kekuasaan yang mengenal satu sama lain tidak setuju atas satu dan lain hal.
Di zaman yang sudah sangat maju ini, manusia sudah mencapai taraf dan kualitas hidup yang belum pernah dicapai sebelumnya, kita sudah tidak perlu berebut sumber daya makanan hanya untuk sekedar bertahan hidup, bahkan hewan hanya memiliki motivasi membunuh jika memang membutuhkan makanan atau merasa terancam, dari sini kita bisa menyimpulkan betapa manusia adalah makhluk yang hidup berdasarkan mitos. Mitos-mitos nasionalisme dan patriotisme yang diajarkan menjadi alasan utama masih terjadinya perang di berbagai belahan dunia hingga sekarang, entah memperebutkan tanah, sumber daya, maupun pengaruh, perang-perang di berbagai belahan dunia kini kebanyakan didorong oleh motif nasionalisme, memperjuangkan identitas kelompok tertentu, dan sebagainya.
Peperangan memang merupakan penghalang perdamaian yang paling utama, tapi hakikat dan makna perdamaian itu sendiri sebenarnya sangat luas sekali. Banyak hal memang berjalan diluar keinginan kita, termasuk saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, dll yang mungkin tidak menghendaki adanya peperangan tapi tidak dapat melakukan apa-apa. Peperangan juga banyak terjadi dalam batin dan emosi setiap individu manusia, setiap orang juga bisa membuat “peperangan” dengan orang lain melalui perilaku dan perkataannya. Bagaimanapun, kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain katakan dan bagaimana orang memperlakukan kita, bagaimana kita bereaksi, hanya itulah yang bisa kita kendalikan. Setiap perang yang terjadi di dunia ini berdasarkan kehilangan kendali diri yang didorong oleh kesalahpahaman. Kita memang tidak bisa mengubah keadaan geopolitik dunia sehingga peperangan hilang dari muka bumi, tapi kita bisa menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik. Kontrol diri dan kebaikan sekecil apapun bisa kita aplikasikan dalam hidup karena perdamaian-perdamaian kecil inilah yang membuat dunia menjadi lebih damai.
Sebagaimana yang dikatakan pujangga ternama Persia, Mawlana Jalaluddin Rumi, “kemarin aku cerdas, maka aku ingin mengubah dunia, hari ini aku bijak, maka aku ingin mengubah diriku sendiri”
Oleh: Tangguh Yodha
Editor: Khalish Zeinadin
lmgt7v