Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam acaranya Jogja Book Fair yang diselenggarakan dari tanggal 10-19 September 2024, mengadakan Talkshow Literasi pada tanggal 18 September 2024 mulai pukul 19.00 hingga 21.00 WIB oleh Eka Kurniawan dengan tema “Masa Depan Buku di Indonesia dan Penerjemahan”. Secara tidak langsung, ramainya acara tersebut mampu menjadi magnet dengan menggaet para penerjemah generasi muda yang tertarik dengan karya sastra luar negeri yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia.
Eka Kurniawan selaku pembicara pada Talkshow tersebut merupakan seorang penulis Indonesia dengan berbagai penghargaan, salah satunya karya novel yang berjudul Cantik Itu Luka berhasil meraih penghargaan World Reader’s Award pada 2016, dan novel tersebut juga sudah diterbitkan ke dalam beberapa bahasa asing (dikutip dari gramedia.com)
Dalam kegiatan tersebut saudara Bagus Pununtun selaku moderator menginginkan Kang Eka —sapaan akrab— untuk lebih banyak berbagi cerita dan sharing-sharing tentang dunia penerjemah di negara Indonesia.
Dimulai dengan awal cerita seorang Eka Kurniawan terjun di dunia sastra kepenulisan. Kemudian diselingi menceritakan perjalanan atas terbitnya buku baru dengan judul “Anjing Mengeong Kucing Menggonggong” (2024). Sebelum menjadi seorang penulis, dulunya ia seorang penerjemah buku. Ia menyampaikan “Menerjemahkan adalah cara yang paling oke untuk latihan belajar menulis. Menerjemahkan membuat kamu berpikir 2x untuk menulis mencari kata terjemahan yang diindonesiakan untuk menyampaikan pesan yang sama dengan bahasa yang kamu terjemahkan” ucapnya.
Mooi Pustaka adalah penerbit yang menerjemahkan dan memperkenalkan karya sastra global ke khazanah sastra Indonesia. Pendiri Mooi Pustaka sendiri adalah Eka Kurniawan yang dimulai pada tahun 2019. Ia melihat banyak penerjemah-penerjemah generasi muda bermunculan dandan mulai mengirim naskah terjemahan bahasa asing ke Mooi tersebut. Penerbit Mooi juga menemukan masalah, kang Eka mengatakan, “Yang menjadi problem industri buku kita yaitu cenderung untuk tidak memberi ruang kepada sastra asing selain Inggris. Kebanyakan buku diterjemahkan dari bahasa inggris, kita lihat dari penerjemah luar Inggris tidak dilihat. Tapi banyak kiriman yang saya terima juga, mulai melihat bibit potensi semakin banyaknya penerjemah dari Korea dan Jepang”. Tak lupa ia tambahkan peribahasa, karena sastra Inggris sangat banyak ngapain, ibarat menumpahkan garam ke dalam laut.
Di tengah perbincangan moderator bertanya tentang penerjemah dua generasi yang berbeda. Kang Eka menjawab, “tidak ada masalah yang sekarang aku rasa, yang penting mereka bisa menulis, contoh yang bisa aku lihat akurasi menerjemahkannya di translate, yang penting tidak membohongi tulisannya itu sendiri, karena aku bisa membedakan yang bisa menulis dan tidak bisa menulis”.
Selaku moderator, Bagus Pununtun memberikan statement, “Prancis mempunyai suatu gebrakan negara yang peduli dengan sastra, mereka menggelontorkan dana sekian Euro untuk penerjemahan buku asing ke negaranya tersebut”. Kang Eka tanggapi, “penerjemah sastra luar negeri ke bahasa Indonesia kurang, karena masih terjebak dalam pemikiran tentang paradigma putaran uangnya ngapain kita nerjemahin sastra luar nanti juga untungnya untuk yang luar (penulisnya). Menerjemahkan bacaan luar ke Indonesia dapat keuntungan besar, pemerintahan perlu untuk turun tangan untuk masalah ini, yang diuntungkan literasi Indonesia juga” katanya.
Masuk ke sesi tanya jawab, salah seorang bertanya, “apakah dampak penerjemahan berefek terhadap gaya penulisannya Kang Eka?”. Ia menjawab dengan ringkas, “Secara langsung dan tidaknya, ada pengaruh nya. Membayangkan aku ingin nyontek gaya nulis karyanya atau menolak ide tulisannya, motifnya yah.. tetap untuk belajar, baik untuk memperluas pandangan dan juga memperbanyak gaya bahasa”.
Terakhir yaitu penandatanganan papan tulis yang berisi mendukung Yogyakarta menuju Kota Perbukuan Nasional, dilanjutkan foto bersama. Setelah acara ditutup tak lupa saya selaku penulis meminta tanda tangan kepada penulis dari novel Anjing Mengeong Kucing Menggonggong dalam bukunya yang sudah saya beli pekan lalu.
Oleh : Idan Akhmad Syahidan
Editor : Bianveneida Madiva Khanza
iziut4