26.2 C
Yogyakarta
Selasa, 12 Agustus 2025
BerandaArtikelHari Kesaktian Pancasila: Pancasila Nggak Bisa Debus

Hari Kesaktian Pancasila: Pancasila Nggak Bisa Debus

Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta – Selasa (1/10) kemarin, bangsa ini baru

saja memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang tentunya diperingati tiap 1 Oktober

per tahunnya. Tak elak, adanya Hari Kesaktian Pancasila merupakan akibat dari

peristiwa-peristiwa sebelumnya yang secara singkat terkait upaya

kelompok-kelompok tertentu yang menghendaki runtuhnya Pancasila sebagai

ideologi bernegara hingga pada peristiwa puncaknya yakni G30S/PKI, tetapi

alhamdulillāh mereka semua diakhiri dengan kegagalan–akan menjadi ngeri kalau

upaya-upaya beralamat ekstremis itu berhasil. Sehingga, Pancasila ini sebagai

simbol persatuan dan kesatuan bangsa masihlah berdiri tegak dan dapat kita

saksikan untuk keberlanjutan negara dan bangsa ini.

Sayangnya, dalam beberapa waktu belakangan ini–termasuk beberapa tahun

silam–kita dapat melihat secara nyata nilai-nilai Pancasila mulai luntur dalam

penerapannya, baik dari generasi muda hingga generasi tua. Yang membuat Hari

Kesaktian Pancasila hanya sebagai liburan dan numpang lewat saja, tanpa ada

pemahaman kembali mengenai maknanya, serta atas alasan apa kita masih

mempertahankannya–memangnya, tidak capek ya memegang barang dalam waktu

yang lama, tetapi tidak tahu mau buat apa?

Dari deket-deket ini, terdapat pernyataan yang sangat kontroversial dari Kepala

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi yang

menyatakan, “Kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan

kesukuan”. Padahal, sebenarnya tanpa manusia tidak akan ada Pancasila dan tanpa

agama tidak akan ada manusia. Sehingga, bisa dikatakan telah terjadi kesalahan

berpikir di sini.

Yang bernama Pancasila itu–gampangnya–adalah sebuah benda mati berupa

ideologi yang perlu pelaku untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya, sehingga Pancasila seakan-akan hidup dan memang dihidupi oleh

manusia yang dalam hal ini bangsa Indonesia. Dan, nilai-nilai yang baru terumuskan

dalam Pancasila, aslinya sudah dikenal lama dalam peradaban manusia melalui nilai

moralitasnya. Yang di masa lalu nilai moralitas ini bangkit, karena kesadaran untuk

beragama.

Sehingga, di sini perlu untuk diperjelas bahwa Pancasila bisa dianggap tidak hadir,

karena manusia tidak menjalankannya. Lantas, untuk menjalankannya dengan apa?

Yakni, dengan jalan berikut: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan yang

dipimpin kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial.

Wong, saat ini saja baik tua atau muda memilih menjadi abangan dalam

beragama. Selanjutnya, jika sila pertama saja sudah begitu diabaikan, apalagisila-sila berikutnya. Semua nilai ini pada akhirnya hanya sekadar tulisan tanpa

perwujudan.

Maka, hendaknya kita introspeksi bersama mengapa kita masih memegang

Pancasila dan apa pentingnya buat kita? Yang mana Pancasila tidak mungkin

bertahan hingga sekarang, tanpa ada manusia. Agar, kita bisa terus memelihara

persatuan dan kesatuan kita hingga generasi turun-temurun mendatang

Oleh : Muhammad Elfateeh Nursyams
Editor : Bianveneida Madiva Khanza
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

107FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -