Pandemi corona telah berlangung selama kurang lebih tiga bulan ini. Hal tersebut membuat banyak aktivitas manusia berpindah dari dunia nyata menuju dunia maya. Masyarakat Indonesia tak ketinggalan riuh ramainya dunia maya. Mulai dari kakek – nenek hingga cucu – cicit, semua bermain sosial media. Namun adanya sosial media saat ini agaknya malah tidak membuat sebagian orang nyaman. Sebab rata-rata sosial media Indonesia setiap hari berisi foto atau video oknum-oknum trouble maker (pembuat onar) yang siklusnya sudah dapat kita ketahui bersama.
Berawal dari video kontroversial, kemudian viral di berbagai sosial media. Sosial media pelaku dicari dan dihujat bahkan dicaci. Kemudian pelaku membuat video permintaan maaf disertai tangisan dan ujungnya membuat surat pernyataan bermaterai, bahkan hingga masuk jeruji besi. Berlarut-larut kasus seperti itu, bukannya tambah surut namun makin menjadi-jadi.
Setiap hari ada saja kelakuan yang diperbuat oknum-oknum yang entah sengaja ingin tenar atau hanya ingin mendapat sensasi belaka. Kasusnya pun hampir sama. Mulai dari konten YouTube tantangan mendapat sepuluh juta untuk membatalkan puasa, menyepelekan tenaga medis dan virus corona dengan bangga, aksi berkumpulnya manusia pada masa PSBB, Ferdian Paleka pembuat konten bantuan sampah, konspirasi corona yang dasarnya tidak kuat, nenek penista agama, larangan mudik yang tidak jelas, bandara Soekarno-Hatta membludak, munculnya surat bebas korona palsu seharga Rp70.000, bantuan Sembako yang tidak merata, hingga peraturan pemerintah yang berubah-ubah, menimbulkan gejolak di masyarakat. Hal-hal ramai di dunia maya seperti ini tidak akan pernah usai jika kita sendiri tidak mengambil sikap.
Keyakinan penulis, kasus-kasus seperti itu masih akan tetap terjadi dan jumlahnya akan semakin banyak. Karena oknum-oknum pembuat onar tersebut, ketika melihat kasus-kasus yang telah terjadi, mereka diberikan panggung dan ruang untuk dihujat. Maka semakin banyak yang menghujat semakin banyak pula orang yang mengunjungi akunnya, sehingga dapat dijadikan keuntungan bagi pribadinya untuk mendapat popularitas.
Sebagai manusia yang berakal sehat, langkah yang dapat kita lakukan adalah jangan berikan ruang bahkan panggung kepada mereka sedikitpun. Jangan biarkan kasusnya berlarut-larut bahkan memunculkan episode baru. Mereka akan semakin senang dengan kebencian karena mereka mendapat keuntungan dari kebencian yang diberikan. Sudahi menghujat dan mencaci maki dengan kata-kata kasar. Hal tersebut hanya menambah dosa. Menunjukkan bahwa bahwa diri Anda tidak memiliki wibawa. Laporkan saja akun pelaku yang bersangkutan lalu tinggalkan dan jangan pernah kembali. Tindakan persuasif pihak berwajib juga sangat perlu dilakukan dengan memblokir seluruh sosial media yang dimiliki oleh pelaku dalam jangka waktu yang lama sehingga pelaku tidak bisa menunjukkan eksistensi dirinya. Pada intinya, sanksi hukum dan sanksi sosial para pelaku kejahatan sosial media ini harus dilaksanakan dengan tegas. Agar dapat meminimalisir hingga menghilangkan racun-racun yang bersarang pada sosial media di Indonesia ini.
Pada masa pandemi seperti ini, dimana kita dituntut untuk banyak berkegiatan di rumah masing-masing, tentunya sosial media menjadi salah satu jalan untuk tetap produktif. Namun kalau sosial media isinya hanya konten-konten negatif, hujatan, cacian, dan permusuhan saja, akankah bangsa ini segera maju? Sudah saatnya bagi diri pribadi untuk saling bermuhasabah atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Saatnya bangsa ini bangkit bergerak. Tunjukkan pada mata dunia kalau bangsa ini adalah bangsa yang bermartabat. Buktikan jika Indonesia bisa bersaing dan tidak kalah dengan negara-negara lainnya.
Sudah waktunya bagi kita untuk berjuang. Setiap manusia memiliki keahliannya masing-masing. Misalnya yang suka memasak, tulislah resep masakan dan bagikan video masaknya di media sosial. Ada yang memiliki keahlian menulis, maka tulislah sebuah narasi yang membangun. Ada yang senang dengan desain grafis, buatlah desain yang baik, menyenangkan, lagi bermanfaat. Bagi yang suka membaca, bisa saling bertukar bahan bacaannya. Bahkan yang senang jalan-jalan pun dapat melakukannya walaupun sedang dirumah saja. Yaitu dengan menceritakan pengalaman yang baik dan hikmah yang dapat diambil pada setiap perjalanan yang dilalui. Untuk para konten kreator, buatlah konten yang mengedukasi dan memberikan hiburan yang positif bagi masyarakat.
Percayalah, dengan saling memberikan informasi yang berharga, baik, dan penting di media sosial masing-masing, akan banyak sekali manfaat yang didapat. Diantaranya pahala yang besar dan terus mengalir. Karena seseorang dapat mengetahui ilmu yang baru sehingga dapat dipraktikkan dalam kesehariannya. Juga mendapat teman virtual baru yang dapat saling menguatkan dan mendukung, mendapat pelanggan baru, dapat mengikuti perkembangan zaman, dan yang terpenting, dengan mengisi media sosial dengan kebaikan, pikiran akan menjadi tenang dan hidup akan nyaman.
Maka bijaklah dalam menggunakan sosial media, karena media sosial yang kita miliki akan menjadi tanggung jawab kita di akhirat nanti. Jadikan sosial media sebagai ajang hiburan, silaturahmi, dan kebaikan bagi semua yang menikmatinya sehingga dengan begitu manusia dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Bagaimanapun juga, sosial media adalah dunia yang maya. Dunia yang nyata adalah yang sedang kita jalani bersama-sama, yang didalamnya kita harus bisa berjuang demi menuju satu tujuan yakni surga. Bolehlah bersosial media, namun jangan sampai terlena akan kewajiban sebagai manusia, untuk selalu berusaha dan berdoa kepada sang pencipta. Tetaplah membumi dan jangan pernah merasa tinggi. (Mufti Alhakiki)
*Artikel ini telah dimuat di afdholhakiki.blogspot.com.
Oleh: M. Afdhol Mufti Alhakiki Editor: Ahmad Rulim