Pratama Aria Wardhana
Dug, dug, dug, suaramu menghentak jiwa
Dentuman baja bertemu baja, tanpa jeda
Tiada sepur badug yang mampu menghentikannya
Di bawah lantai baja, dunia bergetar nyata
Sulingmu membelah bentangan sawah hijau
Mendeklarasikan gagahmu kepada dunia
Mengantar penumpang tanpa lelah dan risau
Mengabdi meski karat mulai menjalari raga
Kaca jendela pantulkan bayangnya
Senyum yang tak bisa lagi kutahan
Kita berpisah dalam hening yang hampa
Hanya peluit malam yang mengucap selamat jalan
Kutemui dia di Pasar Senen, dalam harap yang sunyi
Kini ragaku tertinggal diam di Pasar Turi
