30.1 C
Yogyakarta
Kamis, 26 Juni 2025
BerandaKabarTanamkan Nilai Kedisiplinan dengan Pengecekan Kerapian

Tanamkan Nilai Kedisiplinan dengan Pengecekan Kerapian

Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Malam ini (9/10/2024) setelah salat isya, serentak diadakan pengecekan kerapian rambut untuk seluruh santri asrama 8. Dengan aba-aba seluruh santri berbaris per kelas di lapangan. Masing-masing santri di cek panjang rambut nya.

Pengecekan kerapian ini merupakan program Bagian Kedisiplinan (BK) dengan dibantu oleh musyrif asrama. Program ini bertujuan untuk mendisiplinkan para santri agar sesuai dengan standar kerapian madrasah.

Program ini awalnya dilakukan hanya ketika ujian saja. Namun menuai kritikan dari beberapa wali murid melihat rambut anaknya yang gondrong, dan terlihat tidak rapi, maka pengecekan dilakukan setiap bulannya, dan skemanya juga semakin ketat. Bagi santri yang tidak lulus pengecekan kerapian rambut akan langsung dicukur rambutnya di tempat oleh BK. Pengecekan malam ini adalah yang kedua kalinya.

Ada beberapa santri yang dicukur di tempat oleh BK. Penulis langsung menghampiri mereka untuk diwawancarai setelah selesai dicukur oleh BK.

“Apa testimoni kakak akan hasil cukur BK?” tanya penulis pada salah seorang santri berinisial W.

“Biasa aja sih, karena yang dicukur cuma dikit banget”, jawab W.

Merasa belum cukup. Penulis beralih ke narasumber lain untuk untuk menanyakan hal yang sama. “Apa testimoni mu akan hasil cukur BK?” tanya penulis kepada santri berinisial I.

“Mengagetkan, menyakitkan batin karena poni saya dicukur,” jawabnya.

Masih sama, penulis merasa belum cukup puas. Penulis pun beralih ke narasumber lain dan menanyakan hal yang sama. “Apa testimoni mu akan hasil cukur BK?” kepada santri berinisial F.

“Gak rapi.” Jawab nya. Penulis merasa belum puas dengan jawaban yang diberikan, penulis pun memancing narasumber.

“Menurutku sih perlu ada komunikasi antara musyrif dan BK terkait standarisasi kerapihan rambut santri. Musyrif tadi bilang panjang, sedangkan BK bilang pendek”. Demikian yang disampaikan oleh narasumber berinisial F.

Menurut penulis juga sama, meninjau pengecekan yang telah lalu. Miskomunikasi antara musyrif dan BK dalam pengecekan rambut. Bentuk miskomunikasi ini seperti yang disampaikan oleh narasumber F.

Menurut musyrif rambut santri tersebut panjang, sedangkan menurut BK sudah pendek dan tidak perlu dicukur. Yang menjadi masalah adalah rambut santri tersebut tetap dicukur, dan hasil nya sebagaimana testimoni narasumber sebelumnya adalah gak rapi. Hal ini bukannya menjadikan santri menjadi lebih rapi malah menyebabkan rasa minder di diri santri karena potongan yang gak rapi.

Oleh: Mazaya Abdillah Iskandar
Editor: Khalish Zeinadin
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -