Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Ahad, 10 Maret 2024 menjadi hari tibanya kami di International Airport Malaysia. Di tengah gemerlapnya warna-warni dakwah santri Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, sebagai kader mubalig hijrah di ranah internasional seperti Jepang, Hongkong, Taiwan, Thailand, dan negara yang akan kami singgahi beberapa waktu ini, yakni negara yang Upin & Ipin selalu menjadi tanda pengenalnya, sobat Kweekers pasti tahu kan negara tersebut? Ya, selamat datang di negara Malaysia!
Pondok Repoh Darul Amal, Perak adalah tempat kami akan ber-Mubalig Hijrah selama kurang lebih 3 pekan. Pondok kami juga menjadi kali pertama Madrasah mengirimkan santriwan dan santriwati di dalam satu kampus yang sama. Berbagai kejutan selalu kami rasakan di tiap detiknya. Bermula dari perjalanan cukup panjang kami dari bandara menuju pondok membawa 3 rombongan di mobil van yang sama, tersisa kami seorang yang akan diantarkan ke pondok yang ternyata terpelosok dan memasuki wilayah perkebunan yang gelap gulita dan cukup dalam. Siap dengan segala kondisi yang akan kami terima disini.
Sesaat setelah kami tiba, Ustaz Ishaq selaku pemilik Pondok langsung menyambut hangat kami di tengah malam yang sunyi dan bergegas menunjukkan kami ruang dari masing-masing bilik. Betapa terkejut dan herannya kami menyadari bahwa bilik yang sekarang kami singgahi sangat amat mewah dan luas. Fasilitas lengkap layaknya hotel sepert; tersedianya kamar mandi dalam, kasur yang tinggi dan lembut, view belakang yang indah nan asri dengan disodorkan berbagai pohon sawit yang rindang, dan tersedianya AC / air conditioner. Tak terbayang bagaimana cara menggambarkan ekspresi terkejut sekaligus gembira dari kami.
Pagi-pagi buta sebelum mentari menyapa, dzikir dan ibadah sunnah jamaah pondok yang mayoritas santrinya berusia 60-70 tahun ini mengalun panjang. Mulai dari sebelum tahajud jam 3 dini hari hingga fajar menyingsing waktu dimana kami selesai melaksanakan salat Subuh dan dzikir di jam 7 pagi. Suara dzikir memenuhi ruang dan hati dengan ketenangan dan kekhusyuan yang mendalam. Setelahnya kami para kader mubalig santriwan dan santriwati menyimak bacaan tadarus dari para jamaah yang berisikan pakcik dan makcik sepuh tersebut. Tentu menjadi rintangan tersendiri mengajarkan ilmu pada orang yang sudah lansia. Sabar, sikap lembut, dan istiqamah selalu kami coba untuk terapkan dalam kegiatan mengajarkan opah dan atok ini. Amalan spiritual menjadi pemandangan baru yang menyentuh, mempersatukan hati dalam kebersamaan yang suci menuju hari hari yang berarti.
Namun, tak hanya dzikir dan tadarus saja kehidupan mubalig kami berputar. Keseruan lainnya turut menghiasi harinya. Mengajarkan santri mengenai mufrodat, memperkaya pengetahuan bersama dalam ilmu bahasa Arab dasar, menjadi momen berharga yang membangun pondasi ilmu yang kokoh. Keseruan tak hanya berhenti disini sobat Kweekers! Kegiatan membatik shibori bersama juga menjadi kegiatan yang mempererat tali persaudaraan, menciptakan karya seni yang memukau dan bernilai tinggi.
Dalam setiap Langkah dan detik dakwahnya, kehidupan seorang Mubalig Hijrah diwarnai oleh keindahan, kedalaman makna, pengalaman baru, explore berbagai tempat dan kejadian, indahnya rasa berbagi, dan kehangatan persaudaraan. Pengalaman kami selaku santri yang selalu mendapatkan kepercayaan dan amanah langsung dari warga menjadi seorang imam dan guru bahkan sampai mengisi di berbagai surau surau kecil di masyarakat tentulah menjadi kenangan manis yang tertinggal di pondok yang indah ini. Madrasah Darul Amal, Repoh Batu kurau, Perak, Malaysia. Kami nantikan kader-kader generasi penerus MHI (Mubaligh Hijrah International) untuk membuat album-album baru, soon!.
Oleh: M. Faiz Arizwan. Editor: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.