24.1 C
Yogyakarta
Sabtu, 18 Mei 2024
BerandaArtikelMubaligh Hijrah di Negeri Siam

Mubaligh Hijrah di Negeri Siam

Lembaga Pers Mu’allimin —

Sawadee Kha/Khap

Pada kali ini saya sebagai seorang penulis ingin sedikit menceritakan dan menjabarkan mengenai perjalanan singkat namun panjang,indah namun menantang dan simpel namun rumit yang terjadi pada kegiatan resmi aktivitas Ramadan tahunan yang Mu’allimin miliki yakni Mubalig Hijrah, bertepatan dengan tahun ini saya sebagai mubalig mendapatkan tempat yang bukan di negara sendiri namun di negara tetangga yang sering dikenal dengan Neger Siam, Thailand.

Dimulai dari tanggal 9 April 2024 saat seluruh peserta MHI dikumpulkan di Madrasah dan dipersiapkan untuk berangkat.Berangkat menuju Kota Pahlawan, Surabaya dengan perjalanan yang sangat panjang itu membuat saya memiliki cerita yang sangat luar biasa, sesampainya di Malaysia rehat dengan tempo 2 jam 30 menit dirasa sudah mencukup untuk bersiap melanjutkan perjalanan selama 9 jam hingga di perbatasan Thailand, sesampainya di perbatasan jemputan dari tuan rumah Santiwhitee memberikan sambutan yang hangat dan respon yang baik untuk kami. Jujur awal mula menginjakan kaki di Negeri Siam sedikit membuat mental kami teruji. Bahasa yang cukup sulit untuk dipahami dan kultur yang sangat berbeda dengan Indonesia membuat saya dan partner saya perlu untuk beradaptasi ulang dengan kondisi yang ada.

Seiring berjalannya waktu, membuat saya dan partner saya dapat beradaptasi dengan mudah, hadirnya orang orang terdekat di sekitar kami seperti Bang Shidiq, Kak Rita, Bang Azri membuat kita mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan Mubalig Hijrah kami. Kesanggupan mereka untuk berkomunikasi dengan Bahasa Melayu, Indonesia bahkan Bahasa Jawa sungguh sangat memudahkan kami untuk memahami kondisi lingkungan Mubalig Hijrah kami. Orang-orang disana menerima kami dengan baik. Semua khalayak elemen dari Universitas Teknologi Santiwithee juga menerima kita apa adanya. Bergaul dan bermain bersama anak-anak dari panti asuhan membuat kami betah. Menemukan orang-orang baru yang hanya sekedar teman namun sudah seperti keluarga baru kami di sana. Penugasan untuk menjadi imam dan muadzin diwaktu salat Isya serta Tarawih membuat kami pun lebih mudah membaur. Ditambah dengan kegiatan buka bersama menjadi peluang teruntuk kami dapat mengenal mereka lebih dekat.

Kegiatan kami tidak hanya sebatas mengisi kegiatan masjid dan bersosial di Santiwhitee saja, namun lebih dari itu. Pergi meranjak ke arah utara Kota Chana mengajak kami untuk bertemu dengan salah satu Letjen dari Negeri Siam. Dapat bersalaman dan berdialog sedikit dengan beliau menjadi suatu keistimewaan yang luar biasa. Lebih dari itu kami juga berkelana mengelilingi Kuil Budha yang terletak di Provinsi Songkhla. Melihat secara detail hingga ke dalam-dalamnya mengenai kesibukan yang kaum Budha lakukan, membuat MHI kami benar-benar terasa lengkap karena adanya perjalanan hingga sejauh itu.

Banyaknya tantangan dan kendala yang dihadapi benar benar membuat cerita perjalanan MHI ini benar-benar tambah terasa. Kendala dalam berkomunikasi, lalu penyesuaian kultur yang berbeda bahkan beradaptasi terutama untuk lidah dalam menyantap makanan benar-benar menjadi sebuah kisah yang sangat tak mungkin untuk dilupakan. Perlu waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan itu semua dan pastinya bukan lah hal yang mudah. Namun, justru semua perkara itulah yang benar benar menjadi penghias untuk kisah MHI kami. Senang bisa mendapatkan tantangan seperti itu, saya rasa jika di masa depan saya menghadapi persoalan yang sama, saya sebagai penulis Insya Allah mampu menghadapi hal tersebut dengan penuh kebijakan dan lebih dewasa.

Penuh kesan dan sangat bermakna jika mengingat kembali waktu waktu itu. Banyak cerita yang dibuat dan pastinya cerita itu apa adanya, tanpa dibuat-buat dan rekayasa yang menyelimuti setiap kata yang membuat saya teringat kembali cerita disana. Senang dapat mengenal orang-orang baru seperti mereka, semoga kita bisa dipertemukan kembali dengan kondisi yang lebih baik dari saat ini. Saya rasa perlu sedikit berpesan terutama untuk diri saya sendiri selaku penulis dan juga para warga Santiwithee, pesan sederhana yakni jangan pernah lupakan waktu itu dan janganlah kita saling melupakan, serta jaga terus hubungan kita sebagai saudara.

Segala sesuatu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan pelaksanaan MHI tahun ini. Banyak atau tidak masukan dan saran untuk MHI tahun ini sebenarnya tidak terlalu banyak. Tapi yang pasti perlu ada sedikit masukan yang saya sampaikan terutama untuk MHI tahun ini. Pelatihan dan pembekalan yang digunakan mesti disesuaikan dengan tempat MH yang ada dan juga informasi mengenai kondisi tempat MH semestinya harus dipersiapkan lebih jauh-jauh hari agar ada kepastian dan persiapan yang lebih agar kesan baik yang lebih dapat diberikan untuk tempat MHI yang kami abdi. Semoga saran dan masukan ini dapat diterima dengan kepala dingin serta bisa menjadi sebuah bentuk ikhtiar agar menjadi semakin baik kedepannya.

Sekian dari kisah MHI di Thailand Santiwithee yang bisa saya ceritakan secara singkat, kembali kesana adalah sebuah impian namun memberikan yang lebih dari kemarin untuk masa depan adalah sebuah impian yang lebih besar. Terima kasih telah membaca tulisan ini.

Khob khun ka / khrap

Oleh: Adefa Razka Rauhillah.
Editor: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentarmu!
Silakan masukkan namamu di sini

Ikuti KweeksNews!

106FansSuka
1,058PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -