28.5 C
Yogyakarta
Senin, 11 Agustus 2025
BerandaArtikelMenuhankan Manusia

Menuhankan Manusia

Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Di kala gelapnya Subuh dengan udara yang begitu sejuk. Dalam sebuah bangunan yang berdiri sejak 6 tahun yang lalu, terdapat sebuah taklim bakda Subuh di hari Jumat bersama salah satu ulama. Di kalangan masyarakat mengenalnya sebagai orang yang masyhur akan adab dan akhlak, sebut saja ustaz Darsa. Sekitar 110 pelajar menjadi jemaah dalam taklim tersebut.

Layaknya taklim pada umumnya, para jemaah begitu saksama mendengar penjelasan ustaz Darsa. Beberapa kali beliau mengatakan tentang pentingnya adab dalam salat dan menghargai antar manusia. Namun, salah seorang jemaah taklim merasa aneh dengan pernyataan beliau yang secara tidak langsung menyinggung masalah pakaian dalam salat.

Beliau berpendapat bahwasanya kerapian berpakaian dalam salat berdasarkan penilaian subjektif, terutama ustaz Darsa itu sendiri yang menilainya. Hal ini jelas telah menyalahi aturan seseorang dalam kebebasan berpakaian. Harusnya, seseorang memiliki hak kebebasan dalam memakai pakaian selagi dirinya nyaman, dan selama hal tersebut tidak mengganggu orang lain.

Yang lebih frontal lagi yakni dalam hal menghargai, dengan entengnya beliau meminta para jemaah untuk membayangkan manusia layaknya Tuhan.

“Bayangin, Mas. Manusia menjadi Tuhan yang selalu ngasih rezeki, nikmat, dan sebagainya. Tapi, malah diperlakukan bukan selayaknya Tuhan, bagaimana rasanya,” ujar ustaz Darsa pada jemaah taklimnya.

Salah seorang jemaah ustaz Darsa yang bernama Iman merasa hal tersebut sudah melewati batas kewajaran. Pasca taklim, Iman terus mengingat akan hal yang disampaikan ustaz Darsa tadi Subuh. Kemudian, malam harinya Iman berdiskusi akan hal yang ia dapat kepada ustaz Rijal, yang pada dasarnya lebih paham dalam persoalan demikian.

Setelah berdiskusi dengan ustaz Rijal, Iman mendapat kesimpulan. Bahwasanya, akal pikiran manusia tidak akan mampu berimajinasi layaknya Tuhan. Karena, cara pandang manusia tak akan pernah sama dengan cara pandang Tuhan. Manusia tetaplah Manusia, Tuhan tetaplah Tuhan.

Jika ingin tahu cara pandang Tuhan, maka harus melihatnya dari kacamata sesama Tuhan. Namun, semua itu tak akan berlaku. Sebab, Tuhan itu Esa, dan manusia tak akan pernah tahu cara pandang-Nya.

Oleh: Khalish Zeinadin
Editor: Khalish Zeinadin
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

107FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -