26.2 C
Yogyakarta
Jumat, 27 Juni 2025
BerandaArtikelLebih dari Literasi, Membaca adalah Naluri!

Lebih dari Literasi, Membaca adalah Naluri!

Akhir-akhir ini, banyak kampanye tentang pentingnya membaca di saat-saat pandemi. Tujuannya untuk mengisi waktu luang dengan tetap produktif. Dengan membaca kita bisa meluaskan pandangan dan pengetahuan.

Banyak yang akhirnya terpengaruh dan mulai membaca. Tapi lebih banyak yang tidak terpengaruh, dan selama liburan tetap tidak pernah membaca.

Terlepas dari suka atau tidak suka, dan produktif atau tidak produktif. Menurutku, orang-orang tetap saja membaca. Pada dasarnya membaca bukan sekedar meningkatkan literasi, tapi membaca lebih dari itu. Sifat membaca pada diri kita seolah telah menjadi naluri, dan semua orang punya naluri itu. Sekalipun dalam seumur hidup belum pernah menyelesaikan satu buku pun.

Sama seperti naluri bertahan hidup pada diri kita, naluri membaca timbul saat keadaan tertentu. Bila naluri bertahan hidup muncul ketika terancam, maka naluri membaca muncul ketika sudah tidak ada objek yang bisa dipandangi, dan mata masih haus akan objek.

Semisal ketika baterai smartphone habis, dan kita sedang berada di stasiun. Hal yang dilakukan -setelah kebingungan mencari charger dan sadar tidak membawanya- adalah tidak melakukan apa-apa. Tapi tidak lama kemudian, naluri membaca akan muncul. Berawal dari mengamati tulisan-tulisan di stasiun satu persatu. Mulai dari palang tujuan hingga spanduk-spanduk toko yang terpampang di sana.

Atau di lain kasus, di saat berak misalnya. Ketika tidak ada yang dikerjakan, maka yang biasa dilakukan adalah mengambil botol sampo atau sabun cair dan membacanya. Mengamati bahan-bahan apa saja yang digunakan dan bagaimana menggunakannya. Tak peduli sudah berkali-kali dibaca, sampai-sampai beberapa kata menempel di otak. Saking seringnya dibaca.

Hanya saja, banyak orang yang mengeluarkan naluri membaca pada keadaan-keadaan seperti itu saja. Naluri membaca hanya sekedar pelipur gabut. Akibatnya, naluri tersebut menjadi lemah dan jarang digunakan. Padahal naluri membaca sangatlah penting.

Ketika naluri membaca kita lemah, maka kemampuan dalam menangkap maksud dan menerima informasi ikut melemah. Ketika kedua kemampuan itu lemah, maka bakal banyak kesalahpahaman yang bisa terjadi. Akibat terburuk dari kesalahpahaman, adalah munculnya banyak pemahaman-pemahaman yang salah.

Orang yang memiliki naluri membaca yang kuat, dapat bertahan dalam banyak kondisi. Terutama hidup dalam badai arus informasi dan ideologi yang deras. Mereka cenderung memiliki dasar argumen yang kuat dan tidak mudah terpengaruh.

Sebenarnya tidak ada masalah, antara orang yang memiliki naluri membaca yang kuat, dan orang yang tidak memilikinya. Keduanya sama-sama dapat hidup tenang dengan naluri membaca yang kuat ataupun tidak.

Yang membedakan keduanya adalah, naluri membaca yang kuat menuntut untuk lebih berjuang dalam memilih pilihan hidup. Karena dengan membaca, manusia menjadi terlepas dari belenggu ketidaktahuan. Dan dengan begitu manusia bisa merdeka.

Sedangkan naluri membaca yang lemah, biasanya lebih memilih untuk santai dalam hidup. Karena mereka nyaman dalam belenggu ketidaktahuan dan tidak ada usaha untuk terbebas. Akibatnya mereka hanya ikut-ikut saja pada arus. Beruntung bila tersesat dalam arus yang benar. Tapi celakalah bila tersesat pada arus yang salah. Dan kebanyakan, tersesat pada arus yang salah.

Naluri membaca yang lemah, membuat seseorang menjadi manusia biasa-biasa saja. Sedangkan naluri membaca yang kuat, membuat orang menjadi manusia yang luar biasa. Karena mereka hidup dengan melawan hakikat-hakikat biasa.

Memilih untuk menjadi biasa-biasa saja adalah pilihan, dan memilih untuk menjadi luar biasa juga pilihan. Tapi satu hal yang pasti, untuk hidup, kita harus memiliki “naluri” yang kuat untuk bertahan dan tetap eksis.

Oleh: Nafiis Anshaari
Editor: Ahmad Rulim
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -