26.2 C
Yogyakarta
Selasa, 12 Agustus 2025
BerandaArtikelHari Pasar Modal Nasional, Kita Bisa Apa?

Hari Pasar Modal Nasional, Kita Bisa Apa?

Jujur saja, pasti tak banyak dari kita yang mengetahui bahwa setiap tanggal 3 Juni, diperingati sebagai Hari Pasar Modal Nasional. Ketidaktahuan kita akan pasar modal ternyata mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2015 untuk meriset, seberapa persen tingkat keawaman masyarakat kita bila berkaitan dengan pasar modal. Hasilnya ternyata membuat kita tidak bisa untuk mengelak dari kenyataan. Ditemukan sekitar 93,79% masyarakat yang buta akan pasar modal. Belum lagi ditambah dengan rendahnya tingkat utilitas (penggunaan) pasar modal di Indonesia, yang hanya sekitar 0,11% saja. Bahkan, yang lebih membuat kita menggelengkan kepala, OJK menuturkan bahwa dari 1000 orang yang mereka survey, hanya 1 orang saja yang mengaku melakukan kegiatan pasar modal. Ya, Anda tak salah baca, perbandingannya hanya 1:1000, miris sekali bukan nasib bangsa kita ini.

Sekilas Tentang Pasar Modal

Dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pasar modal, penulis akan membeberkan sedikit tentang apa itu pasar modal dan sejarah singkat hadirnya pasar modal di Indonesia. Sederhananya, pasar modal dapat diartikan sebagai instrumen keuangan yang memperjual-belikan surat-surat berharga berupa obligasi (surat hutang), equity (saham), dan lain-lain, untuk jangka panjang. Surat berharga tersebut bisa yang diterbitkan oleh pemerintah, maupun perusahaan swasta. Meskipun tampak asing di telinga, namun Belanda memilih untuk ambil ancang-ancang dengan membukanya di ibukota nya sendiri pada tahun 1602.

Setelah mendapatkan hasil yang memuaskan dengan lahirnya pasar modal di Belanda, Nederlander (orang belanda) pun mulai melirik untuk membuka cabang pasar modal Amsterdam di Batavia. Dimulai pada tanggal 14 Desember 1912, Pemerintah Hindia Belanda yang mengurusi bagian efek (Amsterdamse Effectenbueurs) mendirikan pasar modal dengan tujuan untuk membantu perekonomian VOC. Bila kita melihat dari kacamata historis, pasar modal Batavia sebenarnya menempati peringkat 4 sebagai pasar modal tertua di tingkat Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo.

Namun kiprah dari pasar modal Batavia yang sempat berjalan lancar mesti terhenti karena berlangsungnya Perang Dunia ke-1. Perang yang merenggut banyak hal, yang tentu menjadi pukulan tersendiri bagi pihak Belanda. Pada saat itu, Belanda terpaksa merayu pribumi untuk mau masuk dan mengikuti Indie Werbaar, pasukan yang berfungsi untuk melindungi Belanda bila perang sampai merambat ke negerinya sendiri. Meskipun gagasan ini akhirnya mendapat banyak kritikan pedas dari tokoh perlawanan bawah tanah belanda, kevakuman dari pasar modal yang dirasa sudah terlalu lama akhirnya menimbulkan semangat untuk membukanya kembali pada tahun 1925.

Tak berhenti di situ, spirit untuk terus melanjutkan trek baik semenjak kemunculan pasar modal Batavia terus digelorakan Nederlander. Terbukti dengan dibukanya Pasar Modal Semarang dan Surabaya di tahun yang sama. Akan tetapi, sejarah berkata lain. Tampaknya perjalanan pasar modal di Indonesia masih jauh dari kata tamat karena semua kantor pasar modal terpaksa ditutup kembali semenjak meletusnya Perang Dunia ke-2.

Hingga akhirnya, Presiden Soeharto sendirilah yang pada tanggal 10 Agustus 1977 meresmikan dibukanya Bursa Efek Jakarta. Mulai dari sini pasar modal Indonesia mulai menggeliat dan mampu manjangkau pasar global dengan amunisi barunya. Tonggak sejarah bagi Bursa Efek Indonesia ada di tanggal 30 November 2007, ketika semua bursa efek yang ada di Indonesia disatukan, dan terlahirlah BEI (Bursa Efek Indonesia) sebagai satu-satunya bursa efek yang ada di bumi indonesia.

Kita Bisa Apa?

Perjalanan panjang tentu melahirkan pasar modal yang tahan banting. Hal ini dipercayai oleh Pasar Modal Indonesia sebagai motivasi tersendiri, yang telah mengisi setiap relung-relung jiwa dari pasar modal. Berkaca dari masa lalu, membuat Indonesia semakin belajar dari sejarah. Hasil dari pembelajaran itu tak lain dan tak bukan adalah prestasi. Pasar modal, yang pada hari ini merayakan ulang tahunnya, telah menorehkan prestasi yang tidak sembarangan. Pada akhir tahun 2019, berhasil menyabet gelar peraih IPO (pencatatan saham baru) tertinggi di kawasan Asia Tenggara dan rangking 7 di mata dunia.

Masih membahas tentang tingginya aktivitas saham di Pasar Modal Indonesia, ia juga mendapatkan penghargaan dari Global Islamic Finance Award (GIFA) sebagai The Best Islamic Capital Market of The Year 2019, karena terus meningkatkan partisipasi investor syariah di Indonesia.

Jerih payah memang tak akan mengkhianati hasil. Mungkin kalimat ini yang pantas disandang oleh pasar modal Indonesia. Kerja keras yang mereka kerahkan selama ini tentu membuat mereka tak akan kecewa ketika kembang api malam tahun baru mulai mengangkasa dan harapan baru mulai terucap dari segenap karyawan-karyawan kantor BEI. Ketika mereka teringat akan prestasi akhir tahun 2019 mereka. Melihat hal itu pasti membuat hati kecil kita tak akan tega, bila di masa depan nanti, kinerja kita malah menurun sehingga menoreh hasil buruk yang tentunya akan membuat kecewa para pendahulu.

Kembali bercermin pada hasil survey OJK, tentang tingginya tingkat kebutaan masyarakat kita saat mendengar kata pasar modal, kita sebagai generasi muda yang kelak akan didapuk untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan, kita bisa apa? Demi menghilangkan dogma negatif tentang hal ini, dari studi Bank Dunia, bonus demografi berkontribusi sekitar 30% terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk Indonesia. Bisa disimpulkan, kita harusnya segera memahami bahwa ada opportunity (kesempatan) bagi generasi muda untuk naik panggung.

Dan hal ini sejalan dengan perkataan Alexander yang pernah pernah berujar “Dengan menjadi investor yang aktif di pasar modal, maka kita secara tidak langsung membantu perekonomian Indonesia”. Lantas timbul pertanyaan, bagaimana cara agar kita mampu lebih memahami pasar modal, sehingga kita mampu ambil bagian dalam memajukan perekonomian dan memajukan pasar modal di Indonesia?

Dengan bertanya dalam hati “kita bisa apa?” saja sebenarnya sudah mencukupi untuk memenuhi dasar dari proses pembelajaran tentang pasar modal. Setelah melakukan riset mendalam tentang bagaimana cara agar kita mampu lebih mengenal tentang pasar modal, senang sekali rasanya ketika penulis menemukan sebuah board game yang bernama Stocklab. Melalui Stocklab, kita bisa mensimulasikan pasar modal, khususnya saham dan reksa dana, sehingga kita akan lebih paham lagi tentang instrumen keuangan.

Dengan bermain ini saja sudah mampu merangsang otak kita untuk berkenalan lebih jauh dengan pasar modal. Dengan hanya bermain layaknya remi atau uno, kita sudah mampu untuk memahami dengan lebih konkrit apa itu pasar modal dan bagaimana penggunaannya.

Pertanyaan “kita bisa apa?” sebenarnya sudah terjawab. Memang sederhana jawabannya, hanya dengan mengajak empat atau lima kawan kita dan bermain Stocklab, yang tentunya menggunakan rumus bermain sambil belajar, setidaknya kita sudah berkenalan lebih dekat dengan pasar modal ini. Tentu dilanjutkan dengan meningkatkan skill akuntansi kita sehingga kita bisa berkenalan secara langsung dengan si pasar modal ini di usia yang masih muda. Sekian.

Oleh: M. Rosyid Wahyudin
Editor: Zhaaf
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

107FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -