Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — (2/11), Sabtu siang di bawah awan mendung berangin kencang dalam suatu gedung penerbit buku, salah satu terbesar di Indonesia yakni Gramedia. Gramedia Jogja Sudirman mengundang penulis best seller yaitu Brian Kharisna. Talkshow ini yang bertuliskan “Mengunjungi Sisi Tergelap Surga” mampu menggaet para penikmat karya novelnya yang berjudul “Sisi Tergelap Surga”. Para peserta didominasi anak muda khususnya anak kuliahan serta pelajar.
Sebelum acara dimulai para peserta yang datang menandatangani absensi terlebih dahulu baik yang mendaftarkan dirinya secara online ataupun offline. Setelah mengisi kertas daftar absen, audiensi diarahkan ke karpet merah untuk duduk berbaris secara rapi atas arahan panitia. Moderator membuka acaranya yang disambut hangat balik oleh para peserta serta senyum dan tegur sapanya. Kemudian, memanggil pria yang menggunakan topi dan kacamata hitam di kepalanya yang dipanggil dengan nama Brian Khrisna. Tersipu malu pria bertopi dan berkacamata tersebut dengan disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Basa basi menanyakan kabar terhadap peserta pria berinisial BR ini sebelum masuk acara sharing-sharing. Awalnya ia ditanya latar tempat yang diambil dalam bukunya itu yaitu Jakarta dan dijawab dengan sedikit cerita ringkas. Ia bercerita bahwa sejak kecil ketika jenjang SMP-SMA menemani orangtuanya di ibu kota Jakarta. Langsung dipancing dengan isi-isi yang ditampilkan dalam bukunya. “Kenapa bisa mengambil cerita yang seram?”, kata moderator. “Jadi, saya mendampingi ibu jualan kemudian saya mencari kembalian, saya ketemu dengan waria dan tukang parkir, dari situ saya mendapat cerita unik orang-orang di jalananjalanan,” jawabnya.
“Sempat viral kan di social media itu kok judulnya “Surga”, apa sih maksudnya?” ucap moderator. Ia bercerita pernah suatu ketika ia menemukan buku novelnya yang sudah terbit dipasaran diletakkan di rak buku religi samping pas kunci jawaban alam kubur yang disahut ketawa bersama peserta. Ia melanjutkan bahwa agar bisa jelas dengan ditambah kata Jakarta setelah surga. “Kan, dibelakang gedung pencakar langit banyak perkampungan kalo di Jakarta, itu sebenarnya menceritakan sisi kehidupan surga. Misal contoh, kalo orang lewat tuh bilang permisi ke setiap pintu-pintu kost-an,” ucapnya.
Jika sobat Kweeks sudah baca bukunya pasti banyak yang bingung kalo langsung baca sinopsisnya itu ya kan…?, bagaimana tidak ia mampu membangun sangat banyak tokoh dengan karakter yang berbeda sungguh harus mampu memahaminya satu-persatu. Ia menerangkan bagaimana cara membuat para tokoh itu. “Menggunakan nama yg kenal akrab dulu. Memakai tokoh yg berbeda untuk memudahkan. Saya dirumah mempunyai papan tulis yang mana saya bisa memetakan karakter satu-satu secara baik,” katanya.
Tak kalah menarik lagi teman-teman Kweeks sering kali di jumpai potongan-potongan lirik lagu dalam cerita novel tersebut. “Apakah ada keemosionalan pada potongan lirik lagu yang selipkan?” tanya moderator dengan heran. Lalu, ia mengatakan bahwa ia mempunyai playlist lagu warung, yang mana ia ambil lagunya dari radio yang diputar di warung-warung. Dia juga menyebutkan banyaknya lagu Iwan Fals yang terinspirasi dan banyak dinyanyikan oleh para pengamen jalanan.
Tak kalah asiknya ketika moderator membuka sesi tanya jawab. Seorang penanya yang mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dirinya pelajar bertanya. “Lika liku Kakak ketik ada di titik terendah dan ingin berhenti, kemudian apa motivasinya untuk bangkit kembali?” tanya seorang penanya itu. “Jangan mengulangi kesalahan orangtua. Ketika sedang merasa tersesat terus bekerja keras sampai idola menjadi sainganmu. Kalian sebenarnya sudah berada di jalan yang benar hingga nanti ditunjukkan jalan arahnya oleh Tuhan. Bekerjalah terus sampai tanda tanganmu ada harganya,” jawab Brian dengan semangat.
Kemudian ada lagi yang tak kalah seru yakni mempersilahkan peserta untuk membacakan halaman favoritnya di depan penulisnya langsung, ada yang mengambil nilai religius, sosiologis, ekonomis, dan masih banyak lagi yang membuat Penulis mengingat kembali sekaligus merasa terharu akan suatu hal yang ia tulis dulunya.
Terakhir adalah sesi foto bersama sekaligus penandatanganan karya buku novelnya. Peserta terlihat antusias untuk mengantri bukunya dikasih sedikit goresan pena dari penulisnya secara langsung serta berfoto bersama dengan orang yang memakai topi dan kacamata hitam tersebut.
Oleh: Idan Akhmad Syahidan
Editor: Khalish Zeinadin