Yogyakarta, Lembaga Pers Muallimin – Pada hari Selasa, (14/11/2023), Muallimin International Class (MIC) mengadakan passion based project dengan mentor intensif untuk pertama kalinya. Bagi pembaca yang belum tau, passion based project adalah suatu program dalam Muallimin International Class yang bertujuan untuk mengasah soft skill yang berdasarkan dari minat dan bakat. Program ini terbagi atas beberapa kategori, diantaranya: Photography, Videography, graphic design, public speaking, dan writing.
Di tanggal 14-16, diadakan mentoring intensif untuk bidang Graphic design, Photography dan Videography. Sedangkan untuk public speaking dan writing masih dicarikan mentor yang tepat. Saya sendiri berkesempatan untuk mengikuti passion based project ini di hari pertama, tepatnya di Graphic design. Pemateri yang mengampu graphic design ini adalah kak Taufiq Adi Rama yang merupakan mahasiswa UMY. Latar belakangnya di bidang design adalah sebagai desainer paruh waktu dan merupakan intern di workaholic. Sebuah start up yang bergerak di industry kreatif.
Sebenarnya program passion based project ini bukanlah program baru, ia sudah ada sejak awal MIC didirikan. Namun dalam perkembangannya program ini cenderung tidak berjalan mulus dikarenakan pada saat itu program ini memberi kebebasan sebebas-bebasnya dengan memberi device berupa laptop kepada santri MIC, dan membebaskannya berkreasi sesuai minat dan bakatnya. Namun yang terjadi malah device laptop ini tidak digunakan sebagaimana mestinya karena kurangnya bimbingan intensif oleh mentor yang mengarahkan minat dan bakat siswa.
Namun kebebasan ini sendiri menurut saya sangat kontradiktif, pasalnya santri MIC tidak diperbolehkan mengikuti ekstrakulikuler lain apalagi yang berkaitan dengan aktivitas fisik dengan dalih bahwa siswa MIC sudah terlalu Lelah karena kegiatan kbm sendiri dilakukan sampai sore hari. Bahkan dikatakan bahwa ekstrakurikuler santri MIC adalah passion based project.
Passion based project yang sekarang pun masih membatasi santri pada 7 subjek diatas, sehingga para santri yang memiliki ketertarikan di bidang lain belum tercover sama sekali oleh MIC.
Dari pengalaman saya sendiri mengikuti passion based project pertama ini, saya merasa bahwasannya materi yang dibawakan oleh mentor sendiri masih sangat dangkal. Mentor masih mengarahkan santri menggunakan aplikasi canva yang bisa diakses gratis di internet. Walaupun canva sendiri sudah sering digunakan oleh santri MIC untuk kebutuhan presentasi/tugas. walaupun hal ini bisa dimengerti karena ada beberapa santri yang memang masih benar-benar baru di bidang desain sehingga mentor berusaha memberi orientasi, namun menurut saya ini bukan kelas design yang diinginkan santri, dengan menggunakan aplikasi yang sudah sering digunakan santri menurut saya membuat para santri tidak menggali lebih dalam. Namun hanya sekedar mengulang-ulang saja hal yang sudah mereka ketahui.
Tentu saja mengkritik itu jauh lebih mudah daripada mencarikan mentor dan materi yang tepat untuk siswa MIC. Langkah MIC mengadakan passion based project dengan mentor intensif ini merupakan terobosan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Dan harapannya akan menjadi pelopor dalam program program lain di Madrasah Muallimin khususnya di bidang Pendidikan. Karena sesungguhnya yang kita warisi dari KH Ahmad Dahlan bukanlah ruang kelas maupun meja kursi, tapi semangat pembaharuan, semangat tajdid, yang penting dalam menyongsong masa depan umat, bangsa, dan negara.
Oleh : Tangguh Yodha Arzugadi Editor : Bianveneida Madiva Khanza