31.7 C
Yogyakarta
Kamis, 26 Juni 2025
BerandaArtikelMemperingati Hari Pahlawan

Memperingati Hari Pahlawan

Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati hari yang sangat bersejarah. Setiap tahunnya, tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari dimana nenek moyang kita telah menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa yang ecek-ecek, bahwasannya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa seenaknya di ping-pong oleh bangsa lain. Pada 10 November 1945, terjadi pertempuran besar antara pasukan sekutu yang diboncengi oleh NICA, melawan arek-arek Suroboyoyang dengan gagah berani menolak bangsa asing memerintah kembali di tanah mereka. Namun, dibalik romantisme serta cerita-cerita heroik kepahlawanan arek-arek Suroboyo dalam melawan tentara sekutu, tentu saja masih banyak sekali hal yang belum banyak diketahui oleh khalayak ramai tentang pertempuran Surabaya ini.

Perlu diingat bahwasannya pertempuran 10 November ini bukanlah pertempuran pertama yang terjadi di Surabaya pasca kemerdekaan. Sebelumnya pernah terjadi juga konfrontasi antara pemuda Surabaya dengan brigade ke-49 Inggris selama 3 hari pada 28-30 Oktober 1945, yang bermula sebab diantaranya serangan para pemuda terhadap evakuasi Interniran Belanda serta penyerangan dan perobekan bendera Belanda di hotel Yamato (Oranje), pertempuran 3 hari ini memakan korban jiwa: 450 korban tewas di pihak Inggris dan 3.000 korban tewas di pihak Indonesia. Namun, kita juga tidak bisa serta merta menyalahkan pemuda atas pertempuran ini. Perlu diingat bahwa pendaratan pasukan sekutu di Surabaya sendiri seolah memiliki gelagat untuk menguasai kembali kota Surabaya, dimana mereka juga sempat menyebarkan selebaran di kota Surabaya yang menuntut penyerahan senjata rampasan dari Jepang kepada pasukan sekutu. Setelah peristiwa kerusuhan ini pula, Inggris menuntut kembali agar senjata rampasan dari tentara Jepang diserahkan kepada mereka dan kota Surabaya dituntut untuk menyerah. Pendekatan yang digunakan Inggris ini tentu membuat amarah pemuda Surabaya mendidih. Hingga pada puncaknya, meletuslah pertempuran 10 November di Surabaya antara pasukan Inggris melawan Pemuda Surabaya.

Pertempuran ini sendiri sebenarnya dari pihak Indonesia jauh dari kata menang, dimana beberapa sumber mengestimasi korban tewas dari pihak Indonesia mencapai 6.000 hingga 15.000 tewas, sedangkan korban dari pihak Inggris berkisar 600-1.400 orang. Pertempuran ini juga menjadi salah satu episode dari banyak episode panjang masa Bersiap. Tentu saja ada banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui apa itu masa Bersiap. Singkatnya, masa ini adalah masa dimana kebencian terhadap bangsa asing terutama yang memiliki ciri rambut pirang dan berbadan tinggi khas Belanda, etnis Tionghoa, keturunan Belanda (Indo), serta etnis non-pribumi lainnya sangat meningkat hingga berujung pada genosida serta pembantaian massal terhadap etnis non-pribumi dan keturunan Belanda di banyak kota di Indonesia. Hal ini terjadi atas dasar balas dendam akibat kolonialisme belanda selama ratusan tahun, peristiwa ini bisa dimengerti sebab tahun itu memang propaganda nasionalisme Indonesia sedang sangat berkobar serta sentimen anti asing sangat tinggi sekali di Indonesia pada saat itu. Bung Tomo yang dielu-elukan sebagai pahlawan dalam perang Surabaya karena pidato nya yang berapi-api itu ternyata juga kolaborator yang aktif dalam mempropagandakan sentimen anti asing di masa Bersiap ini.

Namun, terlepas dari banyak kontroversi yang ada dibalik pertempuran ini, peristiwa ini mengajarkan kita tentang kegigihan suatu bangsa dalam mempertahankan kemerdekaannya, dimana kemerdekaan itu tidak bisa ditukar dengan apapun dan patut dipertahankan walau harus mati sekalipun. Seperti slogan yang banyak beredar di Surabaya pada perang 10 November: “Merdeka atau mati!” peristiwa ini menunjukkan pada dunia akan kegigihan suatu bangsa yang baru saja lahir di muka bumi ini, suatu bangsa yang masih tertatih-tatih dalam berjalan mengarungi ganasnya dunia, bahwasannya keinginan mereka hanya satu, “Merdeka”. Dan kemerdekaan itu akan dipertahankan dengan apapun, walau harus meregang nyawa. Atas kegigihan masyarakat Surabaya, hingga hari ini Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan. Peristiwa pertempuran 10 November ini bersamaan dengan pertempuran-pertempuran lain di seluruh Indonesia, menjadikan bangsa Indonesia, satu dari sedikit bangsa di dunia yang mendapatkan kemerdekaannya dari kolonialisme barat dengan cara merebutnya. Tetap semangat, sebagai seorang kader Muhammadiyah, tugas kita adalah melanjutkan perjuangan para pahlawan kita yang telah gugur, jangan biarkan rasa malas “menjajah” kita, dan menghalangi kita untuk mencapai hal-hal yang kita impikan. MERDEKA!

Oleh: Tangguh Yodha Arzugadi
Editor: Danu Rahman Wibowo
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -