Yogyakarta, lembaga Pers Mu’allimin – Sebagai salah satu organisasi santri di Madrasah Mu’allimin, Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) Mu’allimin kini memasuki masa akhir periode 2023/2024. PR IPM yang dianggap sebagai organisasi paling bergengsi dan paling diminati setelah Lembaga Pers Mu’allimin (LPM) kali ini memiliki 15 calon formatur.
Semua calon formatur sudah diseleksi sebelumnya wajib melakukan orasi dengan memaparkan visi dan misi. Ini sudah menjadi sebuah keharusan bagi calon formatur, agar seluruh santri Mu’allimin paham betul calon pemimpin organisasi periode selanjutnya. Lalu setelahnya, dilakukan Musyawarah Ranting untuk menentukan 9 formatur yang nantinya akan berlanjut dengan pemilihan Ketua Umum dan Sekretaris Umum PR IPM Mu’allimin 2024/2025. Akhirnya terpilihlah Ipmawan Fairuz Dzakwan sebagai Ketum dan Ipmawan Wijdan sebagai Sektum pada Jum’at (02/08/2024)
Orasi seperti biasa dilakukan di lapangan tengah Kampus Induk pada pagi hari. Dengan diletakkannya 15 kursi dan 1 mimbar di tengah lapangan, mereka menahan panas sambil ditonton oleh banyak kader tingkat 1,2,3,4 dan sedikit kader tingkat 5 dan 6.
Di depan mereka duduklah para panelis dari PD IPM Kota Jogja yaitu Ipmawan Faiz Fahrezi dan Ipmawan Ihsan Adi, juga Ketua Umum PR IPM Mu’allimin periode 2023/2024 Ipmawan Faatih. Mereka bertugas untuk bertanya ataupun memberikan pendapat kepada 15 calon formatur yang berorasi. Juga tanpa mengurangi unsur demokrasi, para santri yang menonton dapat pula menanyakan pertanyaan kepada 15 calon formatur yang ada.
Tak dapat dipungkiri, mereka yang berorasi adalah seorang pembelajar, belajar untuk berorasi. Kekurangan tentu ada, hal yang patut dipuji pun ada. Dengan sedikitnya penonton terutama santri Aliyah, menunjukkan bahwa orasi adalah hal yang kurang penting bagi mereka. Banyak yang beranggapan jika orasi hanyalah ajang formalitas agar IPM terlihat demokratis dan agar nepotisme yang IPM jalankan tidak terlalu terlihat. Itu adalah pendapat mereka.
Pembaca yang (semoga) budiman, kali ini LPM tidak akan membahas nepotisme IPM, melainkan akan menyajikan hal yang lain daripada yang lain. Jika pembaca menyaksikan orasi pada hari Rabu (31/07/2024), mungkin ada dari pembaca yang merasa kurang puas dengan calon formatur. Banyak yang menyayangkan kualitas formatur yang hanya manis di omongan, tidak dengan tindakan.
Beralih ke topik, LPM akan menyajikan hal-hal yang (semoga) lucu dari calon formatur yang berorasi.
1. Cosplay Kak Gem
Kalian pasti mengenal Kak Gem, seorang konten kreator yang populer dengan ciri khas omongan “PAHAM” yang ikonik. Salah satu calon formatur, Bryan Haikal, menirukan gaya Kak Gem pada orasinya. Hal tersebut sontak membuat penonton tertawa. Entah tertawa bersama atau menertawakan Bryan. Panelis yang berbicara yaitu Ipmawan Faiz pun menirukan kembali gayanya yang mengundang gelak tawa. Paham?
2. Tidak konsisten
Masih dengan orang yang sama, Bryan Haikal pada orasinya menyatakan ia menolak nepotisme dengan membawa visi sinergitas PR IPM. Misi yang dibawakan adalah, “Menyeleksi calon anggota pimpinan IPM dengan teliti, jujur, amanah, seksama dan tidak adanya rasa nepotisme satu sama lain,” tutur Bryan.
Saat ditanya oleh panelis, tentang nepotisme, Bryan berkata lain. “Tidak seterusnya nepotisme salah”, kata Bryan. “Nepotisme berguna untuk mengetahui dasar kemampuan orang tersebut apakah sudah layak maupun belum. Karena ketika kita hanya melakukan tes secara tertulis, wawancara, kita hanya akan menilai dari sudut tertulis dan wawancara. Dari satu sisi ini, untuk mengetahui sifat anggota yang akan kita recruitment disinilah nepotisme berguna. Tapi tidak seterusnya nepotisme digunakan 100 persen. Karena diharapkan nepotisme hanya akan mengajak orang-orang terdekat saja,” lanjut Bryan. Ia akan bertindak dengan menggunakan sedikit nepotisme untuk mengetahui sifat orang. Lha piye?
Silahkan nilai sendiri ya pembaca yang budiman, PAHAM?
3. Terlalu terbang berandai-andai
“Jangan berpikir tinggi hingga kalian terbang dan lupa ke tanah”
Mengutip perkataan Ipmawan Faatih, rasanya itu hal yang benar. Ada calon formatur yang berorasi tentang globalisasi bahkan akan membuat anggota IPM mempunyai kapasitas yang tinggi sehingga bisa menyaingi SDM Jepang dan bersaing di dunia internasional
Bahkan ada yang mengatakan bonus demografi bla bla bla. Terlalu tinggi. Perlu diketahui bahwa PR IPM Mu’allimin adalah organisasi yang bergerak dari santri, oleh santri, dan untuk santri. Tak usah berlagak membawa globalisasi, bonus demografi, atau menyaingi SDM Jepang yang sedang mengalami penurunan populasi atau menyaingi dunia internasional. Mengapa itulah sebelum orasi, hendaknya menyiapkan matang-matang, jangan sok-sok-an membawa topik berat agar terlihat keren di depan adik kelas.
4. Tidak paham proker yang akan diganti
Sebagai sebuah organtri, IPM tentu memiliki kekurangan dari proker yang dijalankan. Ada salah satu calon formatur yang gayanya tinggi, berorasi layaknya orator dengan nada yang tinggi, namun sebenarnya kurang. Calon formatur itu mengatakan akan menurunkan kuantitas proker dan menaikkan kualitas proker. Dengan arti bahwa proker yang dianggap kurang berguna atau proker yang tidak terlaksana akan dihapus.
Saat ditanya oleh dewan panelis tentang proker yang kurang, calon formatur itu mengatakan bahwa ia tidak tahu menahu apa saja proker yang kurang. Terus bagaimana Bro? Anda berorasi tapi tidak melalui riset terlebih dahulu. Asal orasi, tidak memperhatikan substansi. Jadinya anda yang dibantai panelis, kan?
Saya sendiri menyarankan agar calon formatur di tahun depan agar bisa melakukan riset sehingga anda siap untuk berorasi dengan matang dan teratur serta berisi dan tidak kosong.
5. Kami bosan dengan wadah
Banyak dari calon formatur yang berorasi tentang IPM yang akan menjadi wadah minat dan bakat siswa. Nyatanya, hal itu adalah ide template, dari dulu hingga sekarang yang dibahas hanyalah IPM sebagai wadah.
Kenyataan yang terjadi berbeda. IPM tidak benar-benar menjadi wadah minat dan bakat santri Mu’allimin. Calon formatur dari jaman dulu tidak ada yang benar-benar merealisasikan apa yang mereka sampaikan, apalagi wadah-wadah/ fasilitas. Bosan!
Daripada berorasi tentang wadah, lebih baik berorasi dengan arah roda IPM yang akan dibawa. Tidak ada calon formatur yang menyampaikan secara gamblang arah roda IPM yang akan dibawa. Seakan hal itu akan mengalir begitu saja.
Karena semua organisasi santri di Mu’allimin adalah wadah dan arah gerak yang pasti, mungkin kecuali IPM. Tapak Suci dengan gerakan ketapaksuciannya, Hizbul Wathan dengan kepanduannya, SPM dengan literasinya, MSC dengan gerakan karya ilmiahnya, SUMMIT dengan gerak palang merah/kesehatan, dan LPM dengan gerakan jurnalistik. IPM? Sebagai wadah? Wadah anak-anak nakal dan gengsi yang cuma numpang nama?
IPM mungkin saja tidak punya arah gerak, namun hanya sebagai ikon. Bidang-bidang di bawahnya lah yang mempunyai arah gerak. KDI, PIP, Perkaderan, SosVo, Olahraga, Bahasa, Media, Kewirausahaan dan Kesenian.
6. Nggak ada yang memuaskan
Saya yakin, banyak dari santri Mu’allimin yang kurang puas dengan formatur yang ada. Karena banyak dari mereka yang “asal ngomong” alias omon-omon. Janji-janji yang sebenarnya tidak manis mereka utarakan. Ada juga yang tulus dari hati, kita tak tahu. Ada yang mengatakan globalisasi, pesantren, terlalu percaya diri menjadi ketua, dan lain-lain. Tak ada yang benar-benar berorasi tentang arah IPM kedepannya.
Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, orasi hanya dijadikan formalitas. Apa yang disampaikan tidak sesuai dengan realita. Layaknya janji calon presiden agar banyak dipilih warganya atau ingin terlihat berkompeten di masyarakat. Tapi, itu adalah hal yang wajar, karena yang namanya calon pemimpin pasti punya ego yang tinggi dan butuh validasi pula.
Kami yakin para calon formatur adalah pembelajar yang akan selalu belajar dari pengalaman dan kekurangan pada masa lalunya.
Harapan kami para santri hanya satu, agar IPM kedepannya benar-benar bisa menjadi organisasi yang berkiprah sesuai jalannya. Tidak menjadi tempat berkumpulnya santri bermasalah yang bercover baik namun aslinya busuk. Menjadi sebuah organisasi yang positif, tidak saling menjatuhkan satu sama lain.
Oleh: Danu Rahman Wibowo
Editor: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin