Hari Orang Tua Sedunia dirayakan pada tanggal 1 Juni setiap tahunnya. Mungkin beberapa dari kita sedikit asing dengan perayaan ini. Entah karena memang kitanya yang bodo amat dengan segala sesuatu, atau kurangnya sosialisasi perihal perayaan ini. Atau malah kalah saing dengan perayaan-perayaan lainnya? Padahal, peran orang tua dalam melahirkan, membesarkan, mendidik, dan masih banyak lagi peran orang tua yang tidak bisa kita sebutkan satu persatu, sangatlah besar.
Orang tua merupakan anugerah Allah Swt. yang harus kita syukuri adanya, dan lagi-lagi ‘kita tak mampu membalas budi atas jasa-jasanya’. Orang tua dengan ikhlas membesarkan kita, yang mungkin banyak berulah, mengecewakan, membentak, bahkan melawannya. Pernahkah dalam benak kita terbesit, betapa sabarnya orang tua dalam membesarkan kita, betapa besar jasa-jasanya dalam mendidik kita? Atau pernahkah kita berpikir untuk membalas kebaikan-kebaikan tersebut? Namun dengan apa? Dengan uang, dengan rumah, dengan istri yang cantik, atau dengan apa?
Sejarah Hari Orang Tua Sedunia
Perayaan Hari Orang Tua Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni ini, diresmikan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2012 dengan sebuah resolusi, yakni A/RES/66/292, sebagai wujud penghormatan kepada seluruh orang tua yang ada di dunia. Peringatan ini menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk berterima kasih atas jasa-jasa orang tua dalam membesarkan kita. Tanpa jasa, kasih sayang, dan cinta kedua orang tua, mau jadi apa kita?
Dalam sebuah resolusinya, Majelis Umum PBB juga mencatat hal penting dalam keluarga. Yakni peran orang tua dalam memelihara dan memberikan perlindungan kepada anak-anaknya, mengembangkan kepribadian anak, menciptakan kebahagiaan dalam tumbuh kembangnya di dalam keluarga, dan juga memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Latar belakang diadakannya perayaan ini adalah, bahwa setiap orang tua dari pelbagai ras, agama, suku, dan budaya di seluruh belahan dunia, merupakan pengasuh atau guru utama bagi anak-anaknya. Mengutip syair milik Hafizh Ibrahim Rahimahullah, اولى الام مدرسة , “Ibu merupakan madrasah pertama”. Syair ini menggambarkan betapa pentingnya peran orang tua dalam membesarkan kita, apalagi perihal pembentukan kepribadian.
Sudahkah Kita Berbakti?
Menjadi sebuah tanda tanya besar bagi kita semua, sudahkah kita berbakti kepada orang tua kita? Pertanyaan yang ketika kita mulai menjejaki usia dewasa akan jarang terdengar, bahkan jarang ditanyakan kepada kita. Pertanyaan yang banyak dari kita mampu menjawabnya dengan lisan, namun sayangnya, apakah kita sudah mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan perbuatan dan pengaplikasian yang baik?
Menjadi seorang anak yang sudah memasuki usia dewasa seperti kita, mungkin akan lebih sering disibukkan dengan kegiatan sekolah, kepemudaan, organisasi, dsb. Sehingga, menyebabkan kita lebih jarang untuk bisa bertatap muka dengan kedua orang tua. Menghadapi kenyataan ini, bukan menjadi alasan bagi kita untuk mengendurkan nilai berbakti kita kepada keduanya. Malah menjadi cambuk, agar memberi lecutan bagi kita untuk berbakti kepada orang tua, dimanapun kapanpun.
Dengan adanya Hari Orang Tua Sedunia, sudah selayaknya bagi kita untuk terus berbakti. Berbakti kepada kedua orang tua tak perlu dengan hal-hal mewah dan megah. Misal dengan mengajak mereka pergi berkeliling Eropa dan menginap hotel yang paling mahal di dunia. Berbakti kepada orang tua bisa kita mulai dari hal-hal kecil, yang mungkin jarang sekali kita perhatikan, atau malah kita abaikan begitu saja.
- Membantu orang tua semampu kita.
Membantu orang tua bukan berbicara perihal membantu bekerja mencari nafkah. Kita bisa membantu sesuai kemampuan dan taraf kita. Karena kewajiban kita ialah belajar (menuntut ilmu), maka caranya adalah rajin belajar. Cara lainnya, ketika kita berada di rumah, ialah membantu meringankan pekerjaan rumah. Seperti menyapu, mengepel, memasak, mencuci piring, dsb. Bukan hanya anak perempuan saja yang bisa membantu pekerjaan rumah. Namun untuk anak laki-laki juga bisa membantu pekerjaan rumah. - Jangan mengucapkan perkataan yang menyakiti hatinya.
Peringatan ini sudah termaktub jelas dalam kitab suci umat Islam (Al-quran), surat Al-Isra ayat 23-24. Jangan sampai kita berkata kasar, mengucapkan ‘ah’ dan kawan-kawannya, meneriaki, atau bahkan mengatai orang tua dengan ucapan yang tidak senonoh. Inilah yang membuat orang tua tidak ridho terhadap kita. Padahal ridho Allah saja ada di ridho orang tua. Lantas bagaimana jikalau orang tua tidak ridho terhadap kita? - Setidaknya, jangan sampai hilang kontak dengan orang tua.
Sesibuk apapun kita sekarang, jangan sampai melupakan keberadaan orang tua. Hanya karena kesibukan tersebut, malah menjadi alasan untuk tidak berkabar dengan orang tua. Sempatkanlah sesibuk apapun itu. Jikalau belum bisa bertemu, tanpa mengurangi rasa sayang dan hormat, kita telepon atau setidaknya kita chat orang tua. Mungkin menjadi pelipur lara bagi orang tua yang terus menunggu kabar anaknya. Sebagai anak yang masih dikaruniai orang tua yang masih utuh, atau tinggal ibu/ayah, sudah sepatutnya kita maksimalkan untuk berbakti kepada mereka. Terus berikan yang terbaik bagi mereka, jangan sampai menyakiti hatinya, merusak kepercayaannya kepada kita. Bagi yang sudah tidak memiliki keduanya, doakanlah kedua orang tua. Agar mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya. Dan jangan lupa untuk berperilaku baik, karena perilaku kita juga berpengaruh terhadap orang tua kita.
Dengan diadakannya perayaan Hari Orang Tua Sedunia, menjadi motivasi tersendiri bagi kita semua untuk terus dan selalu memberikan yang terbaik bagi orang tua. Mungkin kita tak akan mampu membalas jasa-jasanya, namun ucapan terima kasih dalam bentuk berbakti kepadanya, sudah menjadi kewajiban bagi kita agar meraih ridhonya dan ridho Allah Swt. Semoga kita selalu mendapatkan naungan Allah SWT, dengan berbakti kepada kedua orang tua.
Oleh: Syauqi Marsa T. Editor: Zhaaf