Lembaga Pers Mu’allimin, Yogyakarta — Ahad (08/02/25). Pagi yang dingin di dusun Garongan. Embun menempel pada dinding tenda dan dedaunan. Aroma tanah yang menyeruak masuk kedalam tenda menandakan semalam telah turun hujan. Waktu salat memaksa semua orang untuk bangun menunaikan panggilannya. Dengan yakin satu persatu anggota wudhu dibasuh. Dinginnya menembus tulang. Masalah salat, itu semua bukanlah penghalang.
Selepas senam pagi, terlihat peserta telah bersih diri. Kini mereka mengenakan kaos putih dengan lambang Hizbul Wathan didada kiri, dan tajuk “Kemah Prestasi dan Pendidikan Dasar Tamu Pengenal” di punggung belakang. Satu persatu mereka mengambil foto regu didepan tenda. Sebagai bukti dokumentasi mereka mengikuti rangkaian kegiatan.
Seperti yang telah di beritahukan sebelumnya. Pagi ini peserta akan menjalani kegiatan GWR (Giri Wana Rally). Kegiatan tadabur alam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan lingkungan hutan kepada peserta. GWR berupa longmarch dengan tujuan akhir MGM (Museum Gunungapi Merapi). Sekitar 8 km jaraknya dari bumi perkemahan. Tentu itu bukan jarak yang biasa bagi mereka, mengingat jalan tersebut menuju kearah Merapi, jalanan terjal dan menjulang menambah beban mereka untuk terus melangkah.
Pemberangkatan dimulai pukul delapan pagi. Dibagi dalam 6 kloter, satu kloter berisi 5 regu dengan 2 pendamping. Sama seperti Caraka Malam, peserta akan mencari sendiri jalannya untuk mencapai lokasi tujuan. Tali biru dan kuning selalu diikatkan di tiang-tiang sekitaran jalan bercabang.
Kanan-kiri jalan terlihat perkebunan Salak yang berjejer rapi. Udara sejuk dan pemandangan eksotis Merapi menambahkan semangat para peserta. Setidaknya hingga matahari naik menuju atas kepala. Peserta sudah kewalahan dengan jalur yang terus-menerus naik. Baju mereka tampak basah dengan keringat. Tak se-semangat di awal. Tapi tak apa, disetiap pos bayangan mereka akan diminta untuk beristirahat, dan juga disiapkan tempat evakuasi apabila terjadi hal yang tak diinginkan seperti turun hujan.
Salili Abiyyu, salah satu kakak DEP yang menjadi penjaga pos bayangan dalam kegiatan GWR, tempatnya pas berada dibawah jembatan, tempat dahulu lahar dingin mengalir. “Tempatnya keren, tapi awas aja ada yang basah-basahan,” ujar kak Abiyyu bercanda. Sungai kecil masih mengalir jernih. Peserta diminta menemukan jalan naik menuju jalan raya melalui sungai-sungai kecil tersebut, tanpa membuat sepatu mereka basah.
Kejadian menarik juga terjadi kala regu yang berangkat pada kloter ke-4. Mereka sempat tersasar karena salah membaca tanda. Alhasil mereka sempat terlambat, untung saja terdapat jeda waktu antar kloter sehingga mereka dapat mengejar ketertinggalan dengan cepat.
Selepas melalui pos bayangan terakhir, akhirnya sampailah mereka ke tujuan akhir yaitu MGM (Museum Gunungapi Merapi). Sesampainya disana peserta menjalankan salat dzuhur dilanjut melahap makan siang kemasan yang sudah disediakan.
Tujuan utama kedatangan mereka adalah untuk belajar sejarah Gunungapi Merapi dengan kisahnya yang cukup kelam. Mereka juga belajar bagaimana melakukan mitigasi bencana gunung meletus dan gempa. Melihat reaksi mereka disana, MGM ternyata juga menjadi tempat yang asik untuk belajar, lengkap dengan miniatur, bukti benda, dan juga tourguide yang siap menemani para peserta berkeliaran melihat seisi museum.
Selepas berkeliling mereka juga menyaksikan film dokumenter yang membahas terkait sejarah Gunungapi Merapi.
Dengan tampang tampak lelah. Sesuai urutan kloter satu per satu mereka memasuki truk untuk kembali menuju bumi perkemahan, sebelum itu mereka melakukan foto bersama didepan gedung megah MGM.
Oleh: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.
Editor: Haidar Ahmad Zabran Aliyuddin.
Fotografer: M. Fawwaz Zaydan Hammam.