Ahad, 12 Juni 2022 Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta telah mengadakan acara pelepasan Santri Kader Tingkat 6 Angkatan 2022 di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Madrasah Mu’allimin sendiri sebagai sekolah kader persyarikatan enam tahun di bawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, memiliki tradisi adanya “wejangan” dari Ketua PP Muhammadiyah ketika santri sudah berada di ujung “penempaanya” atau biasa disebut wisuda. Begitupun dalam acara wisuda pelepasan santri kali ini yang mendatangkan Bapak Haji Agung Danarto M. Ag. Sebagai perwakilan PP Muhammadiyah.
Beliau membuka wejangan dengan bercerita dari sudut pandangnya sebagai seorang ayah yang anaknya nyantri di Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat. Tentang beratnya seorang orang tua yang melepaskan dua anaknya mondok di Mu’allimin dan satu di Mu’allimat. Lalu beliau pun mengajak untuk bersyukur akan proses pendidikan di Madrasah Mu’allimin yang sudah selesai dan akan dikembalikanya para santri itu kepada orang tuanya masing-masing.
Setelah selesai dari Mu’allimin para santri pun sudah menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, disini beliau mengingatkan kalau yang katanya kader itu bukan status, tapi kader merupakan fungsi. “kalau anak-anak itu dikatakan sebagai kader militan, itu bukan karena statusnya sebagai Alumni Madrasah Mu’allimin itu kemudian otomatis menjadi kader militan, tidak. Tetapi diharapkan dengan menjadi Alumni Madrasah Mu’allimin melakukan fungsi sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah sebagai kader yang militan”.
Menurut beliau kader militan adalah kader yang siap hadir dimana saja membela Persyarikatan Muhammadiyah, senantiasa menunjukan hal-hal baik Persyarikatan Muhammadiyah. Kalau ada hal yang kurang baik maka dia akan tampil untuk memperbaikinya.
Lalu beliau pun bercerita kalau dalam 110 tahun sudah banyak hal yang Muhammadiyah telah lakukan, tetapi itu semua harus diteruskan dan membutuhkan kader-kader yang luar biasa banyak mengingat betapa besarnya Muhammadiyah itu sendiri. Beliau menjelaskan kalau saat ini banyak tempat dengan amal usaha yang sudah dibina oleh para pendahulu, mengalami kemunduran entah itu di SD, SMP, SMA, ataupun Panti dsb. Itu menjadi tugas para kader untuk mengembangkannya kembali.
Hal ini untuk melanjutkan semua hal baik yang telah ada dan juga mengimplementasikan jargon di Persyarikatan Muhammadiyah. begitu mendirikan amal usaha maka pantang bagi Pimpinan Muhammadiyah, pantang bagi Kader Muhammadiyah membiarkan amal usaha itu mati kemudian tidak terurus, menjadi kewajiban kita semua untuk mengembangkan itu semua.
Beliau pun menyebutkan amal-amal usaha Muhammadiyah berupa lebih dari 170 perguruan tinggi dan 72 Universitas dengan 12 di antaranya memiliki Fakultas Kedokteran. Disini untuk mengembangkan itu semua dibutuhkan kader-kader yang memumpuni, tidak cukup hanya menjadi kader yang nekat, tetapi kader dengan spesifikasi tinggi, dengan dedikasi yang luar biasa. Oleh karena itu para Alumni Madrasah Mu’allimin juga perlu mengembangkan diri lagi agar memiliki spesifikasi yang tinggi. Tidak cukup dengan hanya ijazah Mu’allimin saja, tetapi juga ijazah S1, S2 hingga S3 agar 170 perguruan tinggi Muhammadiyah ini dapat berkembang.
beliau berpesan kepada para alumni kalau jalan mereka masih Panjang dan lama, sehingga optimalkan diri sejak sekarang sambil melihat-lihat kiprah mana para alumni dapat memberikan hasil yang maksimal untuk persyarikatan Muhammadiyah.
beliau memberikan selamat kepada para alumni dan orang tua wali yang Insya Allah berada di jalan yang benar, Insya Allah menjadi mujahid-mujahid fiisabilillah, dan fida’watillah. Bahwa ini semua menjadi tabungan amal kebaikan kepada para orang tua wali.
Terakhir beliau pun berterima kasih kepada segenap guru dan karyawan yang dengan ikhlas sehari 24 jam, seminggu tujuh hari, setahun 12 bulan secara penuh membimbing anak-anak menjadi Kader Persyarikatan Muhammadiyah.
Oleh: Siriel Wafa N. F.