24 C
Yogyakarta
Senin, 20 Mei 2024
BerandaArtikelHikmah Menggunakan Masker

Hikmah Menggunakan Masker

Pandemi global virus corona (Covid-19) membuat kita harus selalu menggunakan masker. Bukan hanya yang sakit, tetapi juga yang sehat. Masker yang dikenakan masyarakat pun cukup beragam. Mulai dari masker kain, masker medis, hingga masker n95.

Kita kerap tidak menyadari filosofi suatu tindakan. Misalnya, penjual kue menggunakan sarung tangan plastik untuk memegang makanan dan menerima uang dari pembeli. Tindakan ini jelas keliru. Jika si penjual memahami prinsip kontaminasi, ia mestinya hanya memakai sarung tangan saat memegang makanan dan melepaskannya ketika memegang uang atau benda lainnya.

Demikian pula dalam pemakaian masker. Walaupun menjadi tren dan kebutuhan, masih banyak orang memakai masker sembarangan. Misalnya masker yang tidak menutupi hidung, atau digantung di bawah dagu. Menfungsikan masker sebagai pengganti sapu tangan, dan ada juga orang yang justru membuka maskernya ketika mengobrol.

Kegunaan Masker

Disamping kita harus paham tujuan memakai masker secara medis, sebaiknya kita menggali hakikat memakai masker. Mengetahui tujuan filosofi terkadang membuat kita berpikir keras untuk memahami makna dari suatu aktivitas, jika sudah mendapatkan makna barulah filosofi tersebut dapat mengubah kita ke lebih baik. Ada banyak manfaat ketika orang memakai masker, upaya untuk melindungi diri sendiri dan juga melindungi orang lain.

Alasan yang biasa disampikan orang yang memakai masker adalah untuk menghindari polusi udara, agar tidak kena virus, tidak mau menyebarkan virus darinya, dan supaya tidak menyebarkan bau. Terkadang pula orang memakai masker bertujuan untuk menyembunyikan identitas atau melakukan penyamaran.

Makna Filosofis

Ketika orang memahami hakikat tujuan memakai masker dengan benar, maka dia memakai masker tidak hanya sebagai aksesori atau ikut-ikutan semata. Pemakaian masker punya banyak sekali manfaat, disamping manfaat medis, juga punya manfaat filosofis lainnya.

Orang memakai masker diharapkan untuk dapat menjaga mulutnya, menjaga lisannya, menjaga perkataannya. Kualitas diri seseorang dapat diukur melalui lontaran ucapannya yang kerap keluar. Dengan kata lain ucapan seseorang bisa jadi cermin kualitas dirinya. Melalui ucapannya akan terlihat bagaimana pola hati dan pikirannya, seperti ucapan yang sembrono sampai ucapan yang dipertimbangkan baik-baik.

Akibatnya, melalui ucapannya seseorang akan dibenarkan atau dipersalahkan. Seseorang yang tidak dapat menjaga mulutnya, dengan mengeluarkan kata-kata yang tak bermanfaat, memaki, mencela, menghina, memfitnah, berkata kotor, menghujat, menyebar hoax, atau berita bohong dapat dipersalahkan. Peribahasa mengatakan “karena mulut badan binasa” ini berarti mendapat musibah akibat perkataannya sendiri. Orang bijak mengatakan, “mulutmu, harimaumu”. Artinya, waspada terhadap mulut sendiri.

Bila tak hati-hati, salah-salah yang keluar dari mulut justru akan mencelakai si empunya, bak harimau yang tiba-tiba berbalik menerkam pawangnya. Perkataan yang sembrono dan tak dipikirkan segala akibatnya pasti akan menuai masalah baru.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Rasulullah saw. bersabda, “Orang muslim adalah seseorang yang menyebabkan orang-orang muslim lainnya merasa selamat dari lisan dan tangannya.” (Al-Bukhari, no. 10)

Dalam hadist lain:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no. 47)

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa kita harus mengetahui manfaat medis pemakaian masker. Namun yang tidak kalah penting adalah mengetahui hakikat pemakaian masker, supaya kita dapat mengendalikan/mengontrol apa yang keluar dari mulut kita.

Terlebih pada era media sosial saat ini. Kita harus lebih berhati-hati dan bijaksana dalam bermedia sosial. Banyak pepatah jawa kuno yang dapat menjadi pengingat kepada kita supaya menjaga lisan; kakean gludug kurang udan, esok tempe sore dele, becik ketitik olo ketoro, aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka, manungsa mung ngunduh wohing pakarti, ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi.

Semoga bermanfaat. Fastabiqul Khoirot.

Oleh: M. Munawir (Staf pengajar di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta)
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya
Kiriman Sebelumnya
Kiriman Selanjutnya

Ikuti KweeksNews!

106FansSuka
1,055PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -