31.7 C
Yogyakarta
Jumat, 27 Juni 2025
BerandaArtikelGestapu, Sebuah Noda Hitam Bangsa

Gestapu, Sebuah Noda Hitam Bangsa

Hitam merupakan warna yang sering diibaratkan dengan tragedi, cacat, hingga kematian. Hitam juga sering diibaratkan dengan noda. Titik hitam yang pasti akan menodai lembaran putih, membuat orang hanya memperhatikan satu titik hitam tersebut, menghiraukan luasnya lembaran putih di sekitarnya.

Setiap bangsa pasti memiliki titik hitam ini. Noda yang pastinya sangat menggangu mereka. Noda yang selalu ingin mereka tutup-tutupi karena malu, karena tabu. Tetapi terus terangkat, terus di buka, dan terus dilihat oleh orang-orang. Titik hitam ini bisa berupa ‘dosa’ bangsa tersebut. menjajah, membantai, dan sebagainya. Juga bisa berupa tragedi. Seperti dijajah, dibantai, dan dikudeta. Setiap bangsa pasti memiliki titik tersebut. Bahkan beberapa sudah tidak berupa titik lagi, telah meluas menjadi lembaran hitam.

Tragedi 30 September merupakan salah satu titik hitam yang dialami negeri ini. sebuah tragedi pemberontakan Partai Komunis Indonesia kepada pemerintahan yang sah, Republik Indonesia. Ya, pemberontakan mereka gagal. Tetapi kejadian ini sangatlah membekas di hati warga Indonesia.

PKI merupakan sebuah organisasi yang berideologi komunis dan bersifat anarkis. Dalam sejarah bangsa ini tercatat telah tiga kali mereka melakukan pemberontakan. Pertama merupakan saat masa pemerintahan kolonial. Lalu tahun 1948. Kondisi Republik yang sedang kelelahan dan porak-poranda setelah bertempur dengan Belanda membuat PKI melihat kesempatan untuk unjuk diri melakukan pemberontakan yang terpusat di Madiun. Di sini mereka membantai ribuan santri dan ulama.

Lalu yang terakhir adalah pemberontakan pada 1965. Di sini mereka berencana menculik ketujuh Jendral TNI dengan bantuan pasukan Cakrabirawa (Paspampres sekarang ini) yang berhianat. Target utama mereka, Jendral Abdul Harris Nasution berhasil meloloskan diri. Tetapi putri beliau, Ade Irma meninggal setelah terkena tembakan, dan ajudan beliau Letnan Satu Czi Pierre Tendean ditangkap dan pada akhirnya dibunuh beserta keenam jendral lainya. Jasad mereka disembuyikan di lubang buaya, dan menurut beberapa versi, ada yang mengatakan beberapa dari para korban penculikan masih hidup ketika dimasukan ke lubang tersebut, lalu ditembaki lagi dari mulut lubang sebelum ditimbun dengan tanah, dan ditutupi dengan pohon pisang.

Selain itu mereka juga menguasai kantor RRI, yang ke esokanya menyebarluasakan berita ‘pengamanan’ para jendral, dan pengambilaliahan kekuasaan. Menanggapai pemberontakan ini, Mayor Jendral soeharto dengan pasukanya menyerang markas PKI di pangkalan udara Halim. Pasukanya juga diperintahakan untuk merebut kantor RRI kembali. Lalu dilanjutkan operasi penumpasan PKI dan juga para simpatisanya bersama masyarakat. Operasi penumpasan ini benar-benar menumpas PKI hingga ke akar-akarnya.  Jumlah pasti korban masih dipertanyakan hingga sekarang. Yang pasti setidaknya 500.000 hingga 1 juta orang terbantai, bahkan ada yang mengatakan bisa sampai menyentuh angka 2 juta. Mereka adalah para pimpinan dan kader PKI, serta masyarakat yang dituduh berideologi komunis.

Kegagalan pemberontakan PKI pada tahun 1965 ini menambah daftar panjang gagalnya pemberontakan-pemberontakan kepada pemerintah Republik sejak merdeka. Pemberontakan yang bermaksud untuk mengganti ideologi bangsa, Pancasila, dengan ideologi mereka sendiri. Hal ini secara tidak langsung membuat seakan-akan kalau Pancasila memang ‘ditakdikan’ untuk menjadi ideologi bangsa ini.

Oleh karena itu tanggal satu oktober, tepat sehari setelah pemberontakan PKI 1965, dinobatkan sebagai hari kesaktian pancasila. Menjadi pengingat kepada setiap orang akan saktinya ideologi Pancasila, yang terus berdiri, tak tergoyahkan dengan segala rintangan dan cobaan yang menimpanya. Pada akhirnya pemberontakan ini gagal, begitu juga berbagai pemberontakan lainya-minus reformasi jika kalian tidak menganggapnya pemberontakan. Dan hey, setidaknya yang satu ini berhasil. 

Pancasila merupakan ideologi yang telah diperjuangkan oleh hampir semua pejuang kemerdekaan. Bangsa ini terlahir bersamaan dengan Pancasila, dan ideologi ini sudah sangat melekat dengan bangsa kita. Maka dari itu sudah sepatutnya kita menjaga, merawat, dan mengamalkan isi-isinya. Memang noda ‘hitam’ akan terus ada dan bertambah. Tetapi setidaknya kita bisa mengurangi kadarnya, agar setidaknya noda hitam itu tidak berubah menjadi lembaran hitam legam tanpa warna putih.

Oleh: Siriel Wafa Nuriel Fahri
Editor: Izzuddin Al-Qassam Anas
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -