25.9 C
Yogyakarta
Minggu, 13 Juli 2025
BerandaKabarPress Release Forum Remaja Nasional II

Press Release Forum Remaja Nasional II

Yogyakarta, Lembaga Pers Muallimin – Orang Muda Bicara Tentang Demokrasi: Katanya Demokrasi, Kok Masih Dibatasi?

Dalam rangka menyambut Pemilihan Umum (Pemilu) di tahun 2024, Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) berkolaborasi dengan Koalisi Lintas Isu (KLI) mengadakan Forum Remaja Nasional (FRN) untuk kali kedua. Kegiatan ini sebagai bentuk memfasilitasi orang-orang muda untuk mempersiapkan diri menjawab tantangan yang ada pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Selain itu, orang-orang muda yang mengikuti kegiatan ini turut membicarakan keberlangsungan demokrasi Indonesia pada masa lalu, hari ini dan masa yang akan datang.

Telah puas rasanya mata dan telinga kita mendengar pembatasan demokrasi. Betapa di negara yang katanya menjunjung tinggi freedom of speech, malah menciptakan tren kebalikan. Kritikan dan masukan yang disampaikan oleh elemen masyarakat, entah itu di media sosial maupun di dunia nyata, kerap diungkapkan dengan perumpamaan. Bahkan nama Indonesia yang telah dibuat sedemikian ciamik malah diganti dengan negeri antah berantah (baca: konoha, wakanda dan lain-lain). Ketakutan menyampaikan pendapat dan berekspresi itu nyata adanya.

Padahal, wacana yang dibangun dari sistem demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara partisipatif, rakyat adalah pemegang kepentingan tertinggi dalam kekuasaan. Maka dari itu, rakyatlah yang diberikan otoritas untuk memilih pemimpin-pemimpin negara yang sesuai dengan kepentingan mereka. Sudah seharusnya pemimpin terpilih mengakui hakikat dan martabat rakyatnya sebagai manusia, termasuk melindungi hak bersuara dan berekspresi.

Melihat situasi dan kondisi saat ini, perjalanan demokrasi belum sampai pada penerapan substansi. Kita masih berputar pada angan-angan bahwa tak ada lagi masyarakat yang takut untuk menunjukkan ekspresinya. Untuk mewujudkannya, masih ada jalan terjal, berbatu dan licin yang harus kita lewati. Seperti UU ITE ataupun kebijakan yang membatasi gerak rakyatnya sendiri. Bila kita tidak bergerak, permasalahan lingkungan, kelompok minoritas, kebebasan bersuara dan isu-isu lain akan tetap dianggap hal kecil yang perlu dihiraukan. Ini tentu memperjelas bahwa makna demokrasi yang kita anut hanya bersifat simbolis belaka.

Kontras dalam laporannya mencatat bahwa pembatasan demokrasi telah terjadi di berbagai sektor. Beberapa di antaranya adalah pemerintah seperti menutup diri dari partisipasi publik. Selain itu, kebrutalan negara dalam menyikapi pendapat masyarakatnya sendiri turut menjadi pekerjaan rumah. Dari 2019 hingga Oktober 2023, setidaknya terdapat 622 kasus pelumpuhan kebebasan sipil. Kasus-kasus tersebut berupa pelanggaran kebebasan berekspresi, kebebasan berserikat, dan kebebasan berkumpul secara damai. Praktek-praktek semacam ini tentu menciptakan jurang pemisah yang semakin dalam, sehingga kesenjangan menimbulkan diskriminasi yang semakin brutal pula.

Masalah demokrasi lain yang masih terikat adalah pembatasan berekspresi di ruang digital. Kriminalisasi dilanggengkan melalui senjata UU ITE. Sepanjang tahun 2019 hingga Oktober 2023 setidaknya ada 89 peristiwa yang berkaitan dengan UU ITE. Regulasi buas yang tak bertaring ini sudah menerkam 108 korban. Frasa yang mengatakan bahwa “mulutmu harimaumu” kini telah berevolusi menjadi “jarimu harimaumu”.

Dalam ranah lingkungan, pembangunan yang dilakukan cukup masif akhir-akhir ini tentu berimplikasi pada kelestarian alam. Angka deforestasi yang naik signifikan dalam beberapa tahun terakhir akan mengikis keberadaan produsen oksigen bagi negeri kita. Lebih buruk dampak ini juga akan dirasakan oleh dunia.

Karena masalah-masalah tersebut, Forum Remaja Nasional II berusaha mengumpulkan 100 pemuda dan pemudi terbaik tanah air untuk berkumpul dan berdiskusi. Berhubung, orang muda adalah pembawa estafet peradaban. Tema yang kita angkat kali ini adalah “Orang Muda Bicara Tentang Demokrasi: Katanya Demokrasi, Kok Masih Dibatasi?” Acara ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 hingga 28 Oktober 2023 di Hotel Cakra Kembang Yogyakarta.

Terdapat dua seminar utama yang akan diselenggarakan pada dua hari berbeda. Hari pertama mengangkat tiga pembahasan. Yaitu, “Pendidikan Adil dan Setara (Pencegahan terhadap Kekerasan Seksual, Perundungan, Diskriminasi dan Intoleransi), “Orang Muda Kritis dalam Proses Demokrasi”, kemudian bahasan terakhir mengenai “Ruang Hidup dan Kelestarian Lingkungan”. Untuk hari kedua, FRN mengangkat empat bahasan. Di antaranya adalah “Pemilu Sehat dan Bebas Berekspresi”, “Media dan Agama/Kepercayaan dalam Dimensi Politik”, “Pemilu Damai dan Demokrasi”, dan yang terakhir “Keterlibatan Orang Muda dalam Pengawasan Pemilu 2024”.

Selain itu, acara ini juga menyelenggarakan delapan kelas paralel yang merupakan lingkup lebih kecil. Orang muda yang mengikuti FRN akan dibagi dalam empat kelompok dalam setiap hari untuk mengikuti kelas tersebut. Adapun tema-tema yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Yang Aman dan Inklusif

2.Krisis Iklim dan Kesadaran terhadap Lingkungan (Lifestyle)

3. Kritis dalam Proses Pemilu

4. Membangun Pemilu Berperspektif Inklusif 5. Orang Muda Melawan Mis-Dis Informasi

6. Partisipasi Orang Muda dalam Demokrasi Ruang Hidup

7. Narasi Kesetaraan untuk Berbasis Keyakinan (Refleksi Film Indigenous)

8. Kebebasan Berekspresi

 Selanjutnya sebagai bentuk aksi nyata kepedulian peserta FRN terhadap lingkungan, hari ketiga akan diisi dengan susur tepi pantai. Pada kegiatan ini, kita akan mengambil sampah plastik yang menjadi kemasan berbagai produk sekaligus melakukan brand audit Penting kiranya mengetahui produk mana yang paling banyak mencemarkan lingkungan pantai. Tindakan ini tentu bukanlah jalan keluar. Tetap butuh campur tangan pemerintah dalam pengambilan kebijakan.

Jadi harapannya, seluruh gagasan yang kita hasilkan dari Forum Remaja Nasional II dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah. Tujuannya agar kebijakan yang hadir dapat mengakomodir kepentingan seluruh pihak, baik itu soal kebebasan berekspresi maupun kelestarian lingkungan. Sehingga anak cucu kita dapat merasakan nikmatnya hidup di negara yang menerapkan demokrasi secara substansial.

Oleh : Media Forum Remaja Nasional
Editor : Bianveneida Madiva Khanza
Disclaimer: Konten adalah hak cipta dan tanggung jawab masing-masing pembuat, kecuali dinyatakan sebaliknya. Selengkapnya

Ikuti KweeksNews!

105FansSuka
1,153PengikutIkuti
41PengikutIkuti

Kiriman Terbaru

- Iklan -